BI Akui Awasi Intensif Tiga Bank

Thursday 30 May 2013, 8 : 51 pm

JAKARTA- Bank Indonesia (BI) mengakui ada 3 bank yang statusnya berada dalam pengawasan intensif. Dalam laporan pengawasan bank 2012, terungkap dua bank berkategori bank kurang sehat.  “Bank digolongkan dalam status pengawasan intensif yang disebabkan adanya permasalahan dalam pengelolaan good corporate governance (GCG),” kata Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, Kamis (30/5)

Menurut Halim, status pengawasan intensif tersebut diukur berdasarkan kriteria yang terukur yakni aspek keuangan seperti permodalan, likuiditas, dan rasio kredit bermasalah. Di samping itu, penetapan status pengawasan intensif dilihat dari tingkat kesehatan dan profil risiko.

Lebih jauh kata Halim, sesuai ketentuan, BI menetapkan bank dalam status pengawasan intensif itu selama 1 tahun sejak tanggal surat pemberitahuan. Langkah penetapan itu, karena kredit yang penyelesaiannya bersifat kompleks, maka jangka waktu dapat diperpanjang 1 kali selama 1 tahun. “Bank-bank yang dikenakan status pengawasan intensif tersebut telah dimintakan action plan tentang langkah-langkah perbaikan,” terangnya

Diakui Halim, untuk bank yang masuk dalam kategori kurang sehat, BI telah meminta manajemen bank untuk melakukan langkah-langkah perbaikan dan melapor secara berkala,” tuturnya tanpa mau menyebut nama bank dan kategori bank yang dikenakan status pengawasan insentif.

Selanjutnya, akan dipertimbangkan dalam menilai tingkat kesehatan bank dan tindakan pengawasan selanjutnya. Dari total 109 bank umum konvensional, sebanyak 106 bank dalam kategori pengawasan normal.  “Kita berharap tidak ada bank yang berada dalam status pengawasan intensif sehingga masa peralihan pengawasan ke Otoritas Jasa Keuangan dapat berjalan baik,” imbuhnya. **can

 

 

Don't Miss

Perkuat Kebijakan Lewat Sinergi Pendidikan Vokasi Dengan Industri

JAKARTA-Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah mengatakan, pemerintah perlu memperkuat

Setara : Waspadai Politik Pecah Belah Umat Jelang Pilpres

JAKARTA-Ketua Setara Institute, Hendardi menilai telah terjadi dua ‘tamparan’ sekaligus