JAKARTA-Gonjang ganjing politik di Indonesia dipastikan tidak akan menganggu upaya pemulihan ekonomi nasional. Hal ini tercermin pada kondisi ekonomi Indonesia yang saat ini berada di jalur yang baik (on the track). Bahkan bank sentral memprediksi pada Januari 2015 ini akan terjadi deflasi.
“Ekonomi Indonesia sedang dalam kondisi yang baik dan ini terlihat dari inflasi. Kami perkirakan untuk inflasi Januari ini begitu rendah, bahkan mungkin bisa deflasi. Januari sudah akan mendekati nol inflasinya,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo seusai bersama sejumlah menteri ekonomi diterima Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (28/1).
Agus menilai, rendahnya angka inflasi kali ini merupakan dampak dari kebijakan Presiden Jokowi menurunkan harga BBM pada 1 dan 19 Januari 2015. Hal ini sekaligus menandai suksesnya program pemerintahan Jokowi dalam 100 hari.
Agus memuji langkah Presiden Jokowi dalam mengelola inflasi dengan memerintahkan Menko Perekonomian mengkoordinasikan para menteri menjaga tingkat inflasi ini.
Dia berharap inflasi terus dikelola dengan baik. “Saya mengharapkan nanti di akhir 2015 inflasi bisa kembali di 4,1%. Kalau di APBN-P inflasi sebesar 5% itu sudah seperti diharapkan oleh BI,” kata Agus.
Agus mengingatkan para gubernur,bupati, walikota segera melaksanakan Instruksi Presiden untuk menurunkan tarif angkutan umum. Dengan terkendalinya inflasi, Agus mengharapkan dapat langsung memberi dampak terhadap kesejahteraan rakyat.
Gubernur BI ini menyambut baik langkah Presiden mencanangkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), yang merupakan bagian dari program 100 hari pemerintahan Presiden Jokowi . Terlebih lagi karena 22 kementerian lembagta negara telah menyatakan kesediaannya mendelegasikan wewenang penerbitan perizinan kepada Kepala BKPM, dan menugaskan pejabatnya pada PTPS Pusat di BKPM itu.
“Kalau bener-bener perizinan itu bisa dieksekusi, PTSP akan membangun kredibilitas Indonesia. Dan itu disambut baik oleh masyarakat di Indonesia maupun diluar sebagai bagian dari reformasi struktural,” imbuhnya.
BI berharap neraca perdagangan Indonesia akan positif pada akhir 2015, dengan volume ekspor akan lebih besar dibanding volume impor.
“Ekspornya khususnya komoditi non-migas, dan impornya yang terkait dengan migas sudah lebih terkendali. Jadi saya melihat traksaksi berjalan yang menjadi perhatian kita semua sudah mulai membaik walaupun harus terus ditingkatkan,”jelasnya.
Agus memperkirakan transaksi berjalan pada tahun 2015 akan berkisar antara 3,3% – 3,5 %, yang akan mencapai angka 3% pada akhir tahun, dengan kualitas yang lebih baik dari tahun 2014.
“Kalau di tahun 2014 komponen impornya banyak terdiri atas barang konsumsi, sedang tahun 2015 komponen impor akan banyak komponen produktif, untuk membangun infrastruktur, investasi,” tuturnya.
“Bila APBN-P 2015 disetujui DPR maka Indonesia akan memiliki simpanan untuk membangun infrastruktur maupun investasi,” pungkasnya.