BI Siapkan Jurus Lain Guna Jaga Rupiah

Wednesday 12 Jun 2013, 7 : 49 pm

JAKARTA- Bank Indonesia (Fasbi Rate) mengaku siap mengeluarkan instrumen lain guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). “Kami akan melakukan bauran kebijakan. Jadi tidak akan merespons (pelemahan rupiah) dengan satu instrument saja,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo di Jakarta, Rabu (12/6).

Hanya saja, kata mantan Menkeu ini, untuk mengeluarkan isntrumen atau jurus lain, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Kami akan membahas mulai dari perkembangan ekonomi dunia dan nasional serta kondisi keuangan. Itu semua akan kami bahas, jadi pembahasan itu akan lengkap dan mendalam,” tambahnya

Yang jelas, sambung Agus, BI terus mengupayakan untuk menjaga agar nilai tukar rupiah mencerminkan kondisi fundamental ekonomi yang sebenarnya. “‘Kami memahami bahwa ada perkembangan di indonesia, ada current account deficit lebih besar dan APBN defisit juga terjadi,” tegasnya

Dia meyakini, jika pembahasan RAPBN-P 2013 dan rencana kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa diselesaikan sesuai rencana pemerintah, maka kondisi perekonomian secara umum akan lebih baik pada Kuartal III-2013. “Jadi, kita tidak perlu khawatir bahwa akan ada suatu fluktuasi (rupiah), tetapi yang penting fluktuasi itu dalam batasan-batasan yang wajar,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi momentum yang bisa mendorong eksportir untuk meningkatkan ekspor. “Pelemahan (rupiah) ini sebenanrnya justru mendorong eksportir kita untuk bersaing selama masih mengekspor ke negara tujuan yang memang masih membutuhkan,” katanya di Gedung Parlemen Jakarta, Rabu (12/6).

Menurut Gita, pelemahan rupiah diharapkan bisa menjadi momentum untuk meningkatkan volume ekspor, mengingat harga produk-produk lokal menjadi lebih murah. Namun, Gita juga berharap agar hal ini tidak mengganggu sektor manufaktur yang tentunya ada kenaikan biaya bahan baku impor.  “Diharapkan tidak terjadi gejolak pada sektor yang terpengaruh. Produk hortikultura tidak terpengaruh dengan nilai tukar rupiah hingga akhir tahun ini,” ujarnya.

Gita mengatakan, pelemahan nilai tukar mata uang bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan terjadi juga di lingkup regional. Dia mengatakan, kondisi ini bermuara dari sikap The Fed yang merencanakan penghentian kebijakan quantitative easing (QE). “Ini membuahkan sentimen kekhawatiran. Di pasar modal, ini sudah berimbas,” kata mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu. **can

 

Don't Miss

Telkom Group Bantu Robot Desinfeksi

JAKARTA-Gugus Tugas Nasional atau GTPPC19 mendapatkan bantuan dari Telkom Group

Ekonom: PPKM Darurat Kontraproduktif

JAKARTA-Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Keuangan Negara (LPEKN), Sasmito Hadinegoro