JAKARTA-Kondisi ekonomi Indonesia sangat rentan terhadap kondisi global yang bisa berdampak sistemik. Dampak sistemik ini akan terjadi jika kondisi internal belum membaik. Salah satu pemicunya adalah tekanan pada neraca perdagangan maupun transaksi berjalan Indonesia yang semakin melebar. “Waktu kita, menghitung angka pertumbuhan ekonomi, kita optimisme sampai 6,3-6,5 persen. Memang agak ignore masalah defisit, baik defisit perdagangan maupun defisit neraca pembayaran,” jelas Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati di Jakarta, Selasa (19/3).
Namun, begitu potensi defisitnya begitu besar ini maka bisa menggerus pertumbuhan. Artinya, pertumbuhan ekonomi terganggu ketika defisitnya besar. “Ini otomatis potensi inflasinya juga cukup tinggi dan ketika potensi inflasinya tinggi juga menggerus konsumsi,” tutur dia.
Hal inilah yang berbahaya juga terhadap kerentanan pertumbuhan. Dari situ Bank Dunia maupun IMF merevisi sampai 6,2 persen laju pertumbuhannya. “Jadi yang sangat rentan sektor eksternalnya. Eksternal kita yang very-very danger, karena ini tidak hanya komoditas sekunder. Bahkan pangan kita defisitnya luar biasa,” tutur dia.
Komentari tentang post ini