JAKARTA-PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mendesak agar pemerintah mampu mengintensifkan upaya pengelolaan fiskal dan moneter yang lebih terintegrasi.
Sehingga, hal ini bisa meningkatkan likuiditas perbankan di Semester II-2014.
“Seharusnya fiskal dan moneter harus terjaga dengan benar. Terintegrasi. Jadi, ini akan memudahkan kami mengelola likuiditas ke depan,” kata Wakil Direktur Utama BNI, Felia Salim di Jakarta, Jumat, (8/8).
Dia mengakui, pelemahan sejumlah indikator makroekonomi di semester pertama telam memicu pengetatan likuiditas hingga akhir paruh pertama tahun ini.
“Tetapi, kondisi makroekonomi saat ini sudah kami pahami dan sudah dalam perencanaan,” ujarnya
Bahkan, lanjut Felia, BNI sudah mengantisipasi pelemahan kondisi makroekonomi nasional sejak jauh-jauh hari, sehingga pihaknya mampu mengelola likuiditas secara baik.
“Kami memiliki LDR (loan to deposit ratio) di bawah 90 persen,” ucap Felia.
Meski LDR BNI masih berada jauh dari batas maksimal yang ditetapkan BI sebesar 92 persen, namun kata Felia, perseroan sudah menetapkan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kekeringan likuiditas di pasar.
“Bahwa likuiditas masih akan ketat di pasar. Tetapi, saya melihat semester kedua akan lebih baik,” ujarnya.
Dia mengatakan, membaiknya likuiditas perbankan di semester kedua tidak terlepas dari bakal terealisasinya sejumlah proyek-proyek yang sudah direncanakan pada semester pertama.
“Sehingga, saya tidak terlalu pesimistis. Kondisi makro sudah kami pahami. Dan, kami memahami bahwa regulator harus mencari kebijakan-kebijakan alternatif untuk menjaga likuiditas, tegasnya.