Caleg Pindah Parpol, IPC : Itu Soal Etika Politik

Monday 9 Jul 2018, 3 : 27 pm
tigapilarnews.com

JAKARTA-Fenomena calon anggota legislatif (caleg) pindah partai politik, alias lompat pagar bukan hal baru. Namun pindahnya caleg hanya karena alasan “pembajakan”, alias dibayar oleh parpol lain dianggap sebagai hal tak memilki integritas dan moral. “Saya kira kalau ada caleg yang pindah partai karena biaya kampanye kok menurut saya agak keterlaluan secara etika politik dan kemampuan membaca peta Pemilu 2019,” kata Direktur eksekutif Indonesia Parliamentary Center (IPC), Ahmad Hanafi kepada wartawan di Jakarta, Senin (9/7/2018).

Menurut Hanafi, komitmen caleg incumbent terhadap rakyat mestinya lebih diutamakan. Karena hal ini akan mendapat sorotan publik. Justru rakyat akan bertanya-tanya apa alasan kepindahannya. “Buat saya, partai adalah kendaraan politik, tujuan perjuangannya adalah rakyat,” tambahnya.

Lebih jauh Hanafi menambahkan rakyat akan menilai sejauh mana komitmen caleg terhadap konstitusi. Makanya, soal pindah-pindah caleg karena alasan biaya kampanye tampaknya kurang begitu relevan di tengah pelaksanaan Pilpres dan Pilleg serentak. “Semua partai nanti kemungkinan akan mengkampanyekan capres dan partainya dan akan menginvestasikan biaya untuk itu,” paparnya.

Ditanya soal alasan paling mendasar loncatnya caleg, Hanafi membeberkan biasanya partai yang sekarang diikuti oleh sang caleg tidak mengakomodir atau memindahkan dapil yang selama ini dirawat dan dibina selama bertahun-tahun. “Daripada berspekulasi di dapil baru yang belum dikenal, lebih baik pindah dapil yang potensi kemenangannya tinggi,” terangnya lagi.

Selain itu, lanjut Alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, konflik internal partai, sehingga mengakibatkan sang caleg tidak diakomodir oleh kubu yang sedang berkuasa di partai politik. Sementara sebagai personal dia memiliki kekuatan politik di basis tersebut. “Ditambah lagi, ideologi partai-partai saat ini mulai cenderung mengarah ke tengah. Atau catch-all party. Semua partai cenderung hadir untuk kemenangan pemilu,” tuturnya.

Jangan heran soal caleg pindah parpol, ungkapnya, lha wong partai saja ideologinya cenderung berubah-ubah, malah mulai ke tengah. “Namun begitu, itu semua tergantung calegnya. Apakah kader partai atau tokoh populer yang dicomot partai. Kalau calegnya berasal dari kader trus pindah partai, tentu itu cerminan kurangnya kapasitas dan kemampuan partai dalam merawat dan mengembangkan kadernya,” imbuhnya. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Frekuensi Penyelesaian Transaksi Pasar Modal Meningkat Lebih Dari 40%

JAKARTA-PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), mencatat frekuensi penyelesaian transaksi

JASS Bagi Dividen Rp 378/Saham, CASS Kebagian Rp 97,6 Miliar

JAKARTA – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Jasa