Caleg Selingkuh Kerja Politik Terdegradasi Menjadi Aktivitas Bisnis

Sunday 16 Feb 2014, 8 : 32 pm
by

JAKARTA-Sikap tegas Ketua Umum DPP PAN, Hatta Rajasa memecat kadernya yang terbukti berselingkuh atau bertandem dengan kader partai lain patut diapresiasi. Pemecatan ini sangat tepat karena apa yang dilakukan oleh kader PAN itu melanggar AD/ART Partai. “Ketika seorang kader menjalin kerja sama dengan partai lain maka sesungguhnya kerja politik dan visi khas PAN tidak lagi dijamin menjadi acuan kader tersebut. Dan kader seperti ini sudah menganggap partai laksana kendaraan yang dipakai demi mengejar misi pribadi,” ujar Peneliti Senior Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus di Jakarta,  Minggu  (16/2).

Menurutnya, caleg yang bertandem beda partai menyebabkan kerja politik terdegradasi menjadi aktivitas bisnis. Aktivitasnya sudah pasti tidak lagi didasari pada ideologi PAN .

Walaupun secara umum katanya kharakter parpol di Indonesia hampir sama dalam hal kelonggaran basis ideologi, namun spirit partai untuk mengejar mimpinya harus memacu kader partai untuk memperjuangkan partainya bersama dengan kader separtai. “Biarpun sistem langsung dalam pemilu mengharuskan kader yang menjadi caleg harus bekerja untuk kemenangannya sendiri, akan tetapi kerja yang dimaksud harus tetap dalam kerangka partai yang berangkutan. Kerja masing-masing kader harus secara simultan mampu mendongkrak elektabilitas partai,” jelasnya.

Apalagi ketentuan parliamentary treshold mewajibkan kader untuk tidak hanya peduli pada nasibnya sendiri tetapi juga nasib partai. Karena sekalipun seorang kader memenangi suara di suatu dapil, tetapi secara nasional gagal mencapai kuota parlemen, maka sia-sialah kemenangan orang-per-orang tersebut. “Partai gagal mengirim wakil ke parlemen,” imbuhnya.

Karena itu, ketegasan Ketum PAN yang memecat kader yang tandem dengan kader parpol lain sudah tepat. “Selain mengabaikan visi Partai, konsolidasi partai untuk bisa memenuhi target parliamentary treshold juga akan tergerus jika kader hanya bekerja untuk kemenangan dirinya semata,” imbuhnya.

Etika berpartai juga tak dihargai oleh kader seperti itu, karena menjalin kerja sama dengan kader partai lain dalam proses kerja politik yang menempatkan partai dalam posisi bersaing dengan partai lain.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Potensi Ekonomi Digital Indonesia Capai US$130 Miliar

BANDUNG-Peluang bisnis dari transaksi ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai

BI dan AFI Dukung Pengembangan UMKM

YOGYAKARTA-Bank Indonesia (BI) dan Alliance for Financial Inclusion (AFI) menyelenggarakan