Cara UKM Binaan Pertamina Bertahan di Tengah Pandemi Corona

Monday 11 May 2020, 7 : 14 am
by
Ilustrasi

Puluhan wastafel portabel berjajar di Jalan Margasatwa, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, tepat di depan sebuah bengkel las Kurnia Jaya.

Beberapa pegawai terlihat sibuk, ada yang mengelas, mengamplas, mengecat, atau menempelkan sticker pada toren air berkapasitas 300 liter.

Toren ini yang menjadi tempat penampung air pada wastafel portable, di pinggir jalan tersebut.

Di antara mereka tampak Yaya Nurcahya (40 tahun), pemilik bengkel las Kurnia Jaya. Pada masa awal pandemik Covid-19 di Tanah Air, bengkel las ini nyaris gulung tikar.

“Waktu itu usaha sepi. Kalaupun ada, satu dua order saja untuk las yang sifatnya perbaikan,” ujar Yaya, pria asal Ciamis.

Usaha las yang dikerjakannya biasa mengerjakan pengelasan teralis, pagar canopi dan lain-lain.

Pertengahan Maret lalu, empat orang karyawan sempat dimintanya untuk ‘pulang kampung’.

Namun mereka memilih tetap tinggal di bengkel.

“Ke kampung juga bingung, mau ngapain nggak ada kerjaan. Saya bilang ke Pak Yaya, supaya tetap disini aja. Walau tidak digaji, yang penting bisa numpang tidur dan makan” kata Marulloh (60 tahun), salah satu pegawai Yaya, yang biasa disapa Toni.

Yaya hanya bisa pasrah. Hingga suatu saat, ada pemesanan wastafel portabel. Hanya bermodal contoh gambar dan tenggat waktu selama 3 hari, Yaya langsung menyanggupi.

“Tanpa pikir panjang, saya langsung bikin desain dan hitungan bahan sesuai gambar. Meski belum pernah membuat wastafel portable, saya upayakan jadi secepatnya,”katanya.

Ternyata pesanan tersebut merupakan bantuan untuk kegiatan Pertamina Peduli Covid-19. Awalnya, pesanan sejumlah 6 wastafel portable untuk Puskesmas di wilayah Jakarta. Hingga akhirnya, Pertamina melakukan pemesanan kedua, sebanyak 14 unit.

“Alhamdulillah dalam kondisi seperti ini, saya masih bisa bekerja. Saya bersyukur sekali, rezeki ini tak hanya membantu saya. Tetapi juga membantu pegawai bengkel las kakak dan adik saya yang sempat tutup, kini ikut membantu,” tambahnya.

Yaya mengungkapkan, geliat bisnisnya juga berimbas pada para sopir mobil bak terbuka, yang biasa mangkal dibawah jembatan tol Antasari-Depok.

Minimal seminggu dua kali, kendaraan tersebut disewanya untuk mengantar wastafel ke lokasi tujuan di Jakarta, bahkan hingga keluar kota seperti Bandung, Cikampek, Bogor, Cilegon, dan lainnya.

Yaya mengakui, bertambahnya pesanan tentu menuntut tambahan modal. Beruntung, tak hanya pesanan, Pertamina juga menawarkan program kemitraan, yakni program untuk wiraswasta menjadi mitra binaan Perusahaan.

Dengan menjadi Mitra Binaan, Bengkel Las Kurnia Jaya bisa mendapat pinjaman modal sebesar Rp50 juta, yang lalu digunakan untuk membeli bahan dan perlengkapan membuat wastafel.

“Dengan menjadi mitra binaan, saya dapat diprioritaskan untuk membantu Pertamina Group menyediakan wastafel portable atau kebutuhan lain sesuai bidang usaha saya,” jelasnya optimistis.

Total saat ini sudah 60 wastafel portabel yang dipesan Pertamina di Bengkel Las Kurnia Jaya, dengan harga sekitar Rp3,2 juta per unit.

Yaya hanya salah satu kisah pengusaha mikro yang bisa bertahan di tengah pandemik Covid-19.

Selain dia masih banyak UMKM binaan Pertamina yang mampu bangkit dan tidak menyerah dengan kondisi.

Unit Manager Communication Relations & CSR Pertamina Marketing Operation Region III, Dewi Sri Utami menuturkan, UMKM binaan Pertamina yang banting setir menjadi pengusaha masker non medis.

“Awalnya mereka kurang percaya diri, namun setelah mencoba akhirnya bisa. Saat Pemerintah mewajibkan seluruh warga yang sehat mengenakan masker non medis, Pertamina pun dapat mendonasikan masker produksi Mitra Binaan. Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan masker di internal Pertamina maupun sebagai gimmick untuk kebutuhan promosi produk Pertamina,” jelas Dewi.

Beragam hasil produksi Mitra Binaan Pertamina dimanfaatkan untuk mengatasi pandemik Covid-19. Selain masker, wastafel portable, alat pelindung diri (APD) untuk kebutuhan media, serta usaha minuman rempah jahe, sembako, dan produsen tas goodie bag.

Bahkan pada bulan Ramadan ini, perajin sarung dan jilbab, juga mendapatkan rejeki untuk mengisi paket-paket santunan Ramadan.

“Di masa sulit ini, saat kita menggalang ekonomi masyarakat melalui UMKM binaan dalam mendukung kegiatan Bina Lingkungan Perusahaan,” ujar Dewi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Data menunjukkan 37 juta UMKM atau lebih dari 60% dikelola oleh perempuan dan 35% dari penjulaan online dihasilkan oleh perempuan

Likuiditas Perbankan Longgar, Kredit Tumbuh 8,54% pada Juli 2023

JAKARTA-Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengemukakan, likuiditas perbankan tetap

Pemanfaatan e-filing dalam Pelaporan SPT Tahunan

JAKARTA-Seluruh Wajib Pajak, baik Orang Pribadi maupun Badan telah dapat