Dampak Kelud, Jatim Impor Susu 600 Ribu Ton Per Hari

Wednesday 19 Feb 2014, 7 : 45 pm
by
Pakde Karwo saat mengunjungi pengungsi letusan gunung Kelud di pengungsian Masjid Annur Kabupaten Kediri. Ari Armadianto
Pakde Karwo saat mengunjungi pengungsi letusan gunung Kelud di pengungsian Masjid Annur Kabupaten Kediri. Ari Armadianto

SURABAYA-Akibat bencana Gunung Kelud yang meletus 13 Februari lalu, banyak sektor merugi akibat erupsi gunung api itu, seperti pertanian, perikanan, pertenakan, pendidikan, pariwisata, dan penerbangan.

Provinsi Jawa Timur misalnya, mengalami kerugian akibat bencana tersebut sebesar Rp 1,2 triliun. Kemungkinan bisa bertambah karena pendataan masih awal.

“Kemungkinannya memang bisa jauh lebih besar, apalagi petugas pendataan belum bisa masuk dan mendata ke wilayah terlarang,” ujar Ketua Posko Induk Penanggulangan Bencana Gunung Kelud, Akmad Sukardi di Surabaya, Rabu (19/2).

Ia menjelaskan bahwa kerugian terbesar di sektor komoditas pertanian, seperti padi, jagung, kedelai, cabai, tomat, kentang, nanas, dan bunga mawar, yang nilainya mencapai Rp1,1 triliun.

Kerugian sektor perkebunan, seperti kopi, kakao, cengkih, dan tebu di tiga daerah, yakni Kediri, Blitar dan Malang, nilainya mencapai Rp84 miliar.

“Selain itu, kerugian sektor peternakan yang meliputi sapi perah, sapi potong, dan peternakan lainnya mencapai Rp13 miliar. Jika produksi susu sapi di Jawa Timur perhari mampu mencapai 1 juta liter, akibat terdampak erupsi Gunung Kelud produksi susu sempat menyusut,” ujar mantan Asisten IV Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur ini.

Dari data Dinas Peternakan Jawa Timur, penyusutan terjadi di dua kabupaten yakni Malang dan Kediri hingga mencapai 225 ribu liter. Ini diakibatkan kondisi sapi perah tidak terawat, sehinga pasca erupsi Gunung Kelud susu tidak dapat diproduksi.

“Di Malang wilayah yang menjadi sentra susu sapi dan terdampak ada di Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon dan di Kediri yakni Kecamatan Plosoklaten, Puncu, Kepung, Ngancar,” ujar Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Maskur, Rabu (19/2).

Untuk wilayah Kab Malang, jumlah sapi perah di Pujon sebanyak 22.444 ekor dengan produksi 100 ribu liter sehingga potensi kerugian mencapai Rp 4 miliar. Di Ngantang terdapat 14.348 ekor dengan produksi 60 ribu liter dan potensi kerugian mencapai Rp 2 miliar. Sedangkan di Kasembon sebanyak 22.444 ekor dengan produksi 4.810 liter sehingga potensi kerugian mencapai Rp 960 juta. Sehingga total kerugian di Malang mencapai Rp 11,1 miliar.

Untuk wilayah Kediri, di Plosoklaten sebanyak 2.025 ekor dengan produksi susu sebanyak 10 ribu liter sehingga potensi kerugian mencapai Rp 400 juta. Di Puncu sebanyak 1.261 ekor dengan produksi 6.000 liter sehingga potensi kerugian mencapai Rp 240 juta. Di Kepung terdapat 197 ekor dengan produksi 1.000 liter sehingga potensi kerugian mencapai Rp 40 juta. Di Ngancar terdapat 4.593 ekor dengan produksi 24 ribu liter sehingga potensi kerugian mencapai Rp 960 juta. Sehingga total kerugian mencapai Rp 2,36 miliar.

Ia menjelaskan, untuk kondisi tanggap darurat selama 10 hari, Pemprov Jatim mengalokasikan bantuan dari dana APBN, APBD Jatim, dan bantuan sektor swasta. Dari tiga sumber bantuan pendanaan tanggap darurat tersebut, total untuk tiga kecamatan di Kab Malang yang dialokasikan mencapai Rp 3,89 miliar. Sedangkan untuk empat kecamatan di Kab Kediri total bantuan senilai Rp 926 juta.

Adapun rincian bantuan dari APBN yang diberikan berupa hijauan makan ternak (HMT) dan obat-obatan berupa Vaksin Afluvet, Vaksin ND omavet, Vaksin ND Lentofet, Vaksin SE, dan tim survailan  serta kendaraan operasional. Dari APBD Jatm, bantuan berupa HMT, petugas teknis kesehatan hewan, obat-obatan, vitamin, antibiotik, dan antiseptik. Sedangkan dari sektor swasta bantuan berupa konsentrat dan posko tanggap darurat.

Pada tahap rehabilitasi selama 20 hari juga dialokasikan jumlah kebutuhan mencapai Rp 27 miliar berupa HMT, konsentrat, dan obat-obatan. Untuk tiga kecamatan di Kab Malang sebesar Rp 22,34 miliar dan empat kecamatan di Kab Kediri sebesar RP 4,68 miliar.

Seperti diketahui, di wilayah Jatim untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan susu (IPS) per harinya diperlukan 1,6 juta ton. Dengan produksi sekitar 1 juta ton,  maka masih perlu impor untuk menutupi kekurangan. Dengan dampak dari Erupsi Kelud, kata dia, maka untuk memnuhi kebutuhan susu sapi bagi IPS semakin berkurang.

Namun, lanjut dia, saat ini sebagian wilayah di Malang dan Kediri produksi susu sudah mulai dilakukan kembali, walau belum berangsur normal. Bahkan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan beberapa IPS agar menerima pasokan susu dari wilayah terdampak erupsi.

“Secara kuantitas dan kualitas susu memang menurun karena dampak abu vulkanik terhadap sapi, tapi kami telah mengimbau IPS untuk tetap menerima, agar petani tak semakin merugi,” tukasnya.  

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Mei, Bantalan Rel KA Bandara Dikerjakan

JAKARTA-PT Angkasa Pura II menegaskan pintu M1 Bandara Soekarno-Hatta akan

Pemerintah Siap Penuhi Kekurangan Perumahan Bagi MBR

JAKARTA-Kekurangan perumahan (backlog) masih menjadi persoalan serius. Untuk itu, Pemerintah