Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap UMKM di DIY Sangat Signifikan

Sunday 26 Jul 2020, 12 : 29 am
by
Dr. Y. Sri Susilo, SE, M.Si, Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika UAJY (Atma Jogja); Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta; Pengurus Pusat ISEI.

YOGYAKARTA-Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Atma Jogja (UAJY) dan Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta, Dr. Y. Sri Susilo, SE, M.Si mengatakan dampak pandemik Covid-19 terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Yogyakarta sangat significant.

Dampaknya, baik dari sisi penawaran/produksi maupun sisi permintaan.

Menurutnya, dari sisi penawaran, pasokan bahan baku baik domestic maupun impor terhambat.

Sedangkan dari permintaan, banyak pesanan dibatalkan dan jumlah pembelian turun drastris.

“UMKM di DIY terdampak Pandemi Covid-19 secara signifikan”, jelas Y. Sri Susilo dalam Dikusi Kritis Media Yogyakarta #04 digelar di Kafe Taru Martani, Sabtu (25/07/20).

Sebagai nara sumber Miyono (BI), Ni Made Dwipanti Indrayanti (Pemda DIY), Huda Tri Yudiana (DPRD DIY), , Cahya diJoko (Pelaku Ekonomi), dan pelaku usaha dari ASITA DIY.

Sebagai moderator Dwi Suyono (Koordinator Diskusi). Topik yang diusung adalah “Quo Vadis UMKM DIY?”.

Untuk menggerakkan UMKM di DIY Sri Susilo harus dimulai dari menggerakan kegiatan industry pariwisata dan jasa pendidikan.

Kedua kegiatan ekonomi tersebut menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di DIY.

“Industri pariwisata di DIY harus mulai digerakkan secara selektif, terbatas dan menerapkan protocol kesehatan yang ketat,” tegas Susilo.

Menurut Susilo, pengertian selektif adalah adanya prioritas untuk lokasi pariwisata yang dibuka.

Misalnya wisata pantai, wisata hutan, wisata candi dan sejenisnya.

Prioritas diberikan kepada kegiatan pariwisata di tempat yang terbuka.

Untuk itu, perlu didukung kegiatan hotel dan restoran, jasa transportasi, UMKM dan sebagainya.

Pengertian terbatas adalah lokasi wisata yang telah dibuka tersebut dibatasi baik jam operasi, jumlah pengunjung, jumlah pengelola dan kegiatan pendukung seperti warung-warung makanan di sekitar lokasi wisata.

Selanjutnya perlu juga diterapkan protocol kesehatan secara ketat, baik wajib mengenakan masker, cek suhu badan, cuci tangan, dan jaga jarak (hindari kerumunan).

“Jasa pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, harus mulai berani menerapkan kuliah offline (luring) secara terbatas,” usul Y. Sri Susilo.

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang besar di DIY dapat melakukan ujicoba kuliah offline (luring) secara selektif dan terbatas.

Beberapa mata kukuliah di program studi dipilih dengan jumlah 10 mahasiswa yang berdomisili di DIY dapat dicoba kuliah luring.

Kuliah tersebut juga sekaligus dikoneksikan melalui Zoom atau MS Teams sehingga dapat diakses melalui Youtube oleh mahasiswa baik di dalam maupun luar kota secara online (daring).

Jika uji coba tersebut lancar, maka dapat dicoba dengan mengundang secara terbatas dan bertahap mahasiswa yang tinggal di luar DIY.

Kondisi ini secara perlahan dapat menggerakkan ekonomi lokal di DIY.

“Lembaga pemerintah dan swasta juga harus berpartisipasi untuk menggerakkan ekonomi local DIY,” ajak Susilo.

Partisipasi tersebut dapat direalisasikan dengan mulai melakukan rapat dan sejenisnya secara luring, terbatas, dan di luar kantor (misalnya hotel).

Susilo menjelaskan, individu dan rumah tangga juga dapat berpartisipasi. Misalnya dengan makan di restoran, berwisata local dan sejenisnya.

Satu hal yang wajib ditaati adalah protocol kesehatan yaitu kenaikan masker, cuci tangan, jaga jarak (hindari kerumunan).

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Politik Berprinsip

Oleh: Edi Danggur, S.H., M.M., M.H Teolog Jesuit Anthony de

Pelita Samudera Shipping Bagi Dividen Kepada Pemegang Saham

JAKARTA-PT Pelita Samudera Shipping Tbk (“Perseroan”, “PSS”, kode IDX: PSSI)