Datuk Abdul Farid bin Alias Ditunjuk Jadi PCEO Maybank

Sunday 4 Aug 2013, 4 : 34 pm
by
Direksi Malayan Banking Berhad (“Maybank”) mengumumkan penunjukan Datuk Abdul Farid bin Alias menjadi President & Chief Executive Officer (“PCEO”) Maybank, efektif  pada 2 Agustus 2013.

JAKARTA-Direksi Malayan Banking Berhad (“Maybank”) mengumumkan penunjukan Datuk Abdul Farid bin Alias menjadi President & Chief Executive Officer (“PCEO”) Maybank, efektif  pada 2 Agustus 2013.

Posisi PCEO  lowong setelah Dato’ Sri Adbul Wahid bin Omar mengundurkan diri pada 4 Juni 2013, untuk bergabung dengan Pemerintah Malaysia sebagai Menteri di kantor Perdana Menteri.

Datuk Farid, 45 tahun, diangkat menjadi wakil Presiden Maybank dan juga merangkap Head of Global Banking Business sejak Juli 2010.

“Saya  gembira mengumumkan penunjukan Datuk Abdul Farid bin Alias sebagai Presiden dan CEO Maybank,” kata Chairman Tan Sri Dato’ Megat Zaharuddin bin Megat Mohd Nor dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (4/8).

Datuk Farid kata dia memiliki pengetahuan industri perbankan yang luas di regional dan terbukti memiliki pengalaman sebagai eksekutif yang mumpuni di berbagai bidang bisnis.

“Beliau akan terus melanjutkan momentum baru di Grup Maybank dalam aspirasi grup menjadi pemimpin di sektor finansial di beberapa wilayah, seperti di kawasan ASEAN, meningkatkan strategi agenda regionalisasi, memperhatikan kawasan  dengan peraturan yang makin ketat dan akan terus berusaha memberikan manfaat yang lebih besar kepada stakeholder dengan menerapkan misi humanising financial services,” jelas dia.

Menurut dia, penunjukan Datuk’ Farid diputuskan setelah melakukan analisis dan penilaian yang komprehensif terhadap calon-calon internal dan eksternal yang dipimpin Board Nomination & Remuneration Committee.

Datuk Farid, warganegara Malaysia, memulai karirnya di Grup Maybank di Aseambanker pada 1992 setelah lulus dari Pennsylvania State University , Amerika 1991 dengan gelar sarjana akuntansi, dan mendapatkan gelar MBA di bidang Financial dari University of Denver, Amerika pada 1991.

Bahkan Datuk juga telah menyelesaikan program Harvard Business School’s Advanced Management pada awal tahun ini.

Dia memperluas karirnya di investment banking dan capital market di lembaga multinasional seperti Schroders dan JP Morgan, serta Malaysian International Merchant Bankers dan Khazanah Nasional Berhad, dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Investasi dari 2005 hingga 2008.

Sewaktu di Khazanah Nasional Berhad, dia  menjabat di beberapa perusahaan publik seperti PLUS Expressway Berhad, UEM World Berhad, dan UEM Builders Berhad.

Sejak bergabung dengan Maybank pada 1 Januari 2009, Datuk menjabat Head of International Business dan kemudian menjadi Wakil Presiden dan Head, Global Banking (sebelumnya dikenal sebagai Global Wholesale Banking).

Dalam perannya yang terakhir, beliau bertanggung jawab dalam memimpin inisiatif regionalisasi Grup di investment banking, corporate banking, transaction banking dan global markets, yang juga merangkap asset management business.

Dia bekerja selama delapan tahun dengan JP Morgan di divisi investment banking dari 1997 hingga 2003, dan ditugaskan di divisi equity capital market di Singapura pada 2001.

Datuk menikah dengan Datin Satina Binti Mohd. Noor dan mempunyai dua anak laki-laki dan satu anak perempuan.

Dia menikmati musik, film, berjalan-jalan dengan keluarga dan apabila ada waktu luang sesekali bermain golf.

Jabatan terakhir Datuk Farid sebagai Head of Global Banking untuk sementara akan menjadi tanggung jawab Tengku Dato’ Zafrul bin Tengku Abdul Aziz, yang menjabat CEO Maybank Investment Bank dan Maybank Kim Eng Group of Companies.

Direksi juga menyampaikan terima kasih kepada Encik Rafique Merican bin Mohd Wahiduddin Merican, sebagai Group Financial Officer yang telah bertanggung jawab menjadi Maybank’s Officer-in-Charge sejak 4 Juni 2013, pada saat Direksi melakukan proses pemilihan PCEO baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hadapi Pencucian Uang, Presiden Minta BI dan OJK Dilibatkan

JAKARTA-Indonesia ditengarai sebagai surga bagi pencucian uang. Untuk itu, keterlibatan

Batalkan Omnibus Law Secara Keseluruhan

JAKARTA-Indonesia for Global Justice (IGJ) bersama Kesatuan Perjuangan Rakyat (KPR)