Demi Kesejahteraan, Perlu Atur Kelahiran

Wednesday 13 Dec 2017, 2 : 23 pm

BLORA-Program Keluarga Berencana (KB) tidak hanya menyasar kepada kaum wanita, namun juga kalangan pria yang sudah menikah. Alasannya laki-laki yang sudah menikah perlu mengatur keinginan memiliki anak. “Ya tentu tidak adil, kalau hanya perempuan saja yang ikut KB, bapak-bapak juga semestinya ikut,” kata anggota Komisi IX DPR Hj Sri Wulan dalam kegiatan Sosialisasi Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Kreatif BKKBN bersama Mitra Kerja di desa Jeruk Kecamatan Bogorejo persnya, Minggu (26/11/2017).

Hadir pada acara tersebut diantaranya Camat Bogorejo Teguh Tri Handoyo, SE diwakili Kasi Kesra Suryanto dan Forkopimcam Bogorejo serta unsur pemerintah desa setempat. Pun Kepala Badan Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Wagino, SH, M.Si dan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dalduk KB) Kabupaten Blora H. Winarno.

Dengan keaktivan kalangan laki-laki, kata anggota Fraksi Partai Gerindra, maka keluarga kecil akan terbentuk dengan sendirinya. Karena laki-laki akhirnya memiliki kesadaran tentang arti pentingnya kesejahteraan.

Alumnus UII Yogyakarta ini mengungkapkan bicara masalah KB tidak hanya pada alat-alat KB saja, tetapi yang tidak kalah penting bagaimana merencanakan dan mewujudkan keluarga bahagia. “Ada 4T yang harus diperhatikan. Yaitu Jangan Terlalu Muda, dimaksudkan untuk menghindari pernihakan di bawah umur dengan mantaati menikah usia 20 tahun untuk wanita dan usia 25 tahun untuk laki-laki,” ujarnya.

Kemudian, sambung Sri Wulan, tidak boleh Terlalu Tua untuk menghindari resiko. Selanjutnya, tidak boleh Terlalu Dekat, agar bisa memperhatikan pendidikan dan kasih sayangnya kepada anak.
“Jadi semuanya biar mendapatkan yang optimal,” tuturnya lagi.

Yang ke empat, yaitu tidak boleh Terlalu Sering ibu melahirkan. “Saya mengharap dan imbau. Kalau kita tidak mulai dari kita sendiri mau siapa lagi ? Kalau tidak sekarang kapan lagi? Yang sudah melaksanakan KB, ke depannya melaksanakan KB yang berjangka panjang. Jadi tidak hanya pil, suntik dan kondom, melainkan bisa ke KB MKJP,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Wagino, SH, M.Si mengatakan penduduk di Jawa Tengah diperkirakan mencapai 37 juta. “Oleh karena itu mari sukseskan program KB. Anggapan banyak anak banyak rejeki, tidak relevan lagi, apalagi jika tidak memiliki ketrampilan kerja, tentu akan menjadi masalah,” jelasnya.

Yang lebih penting, sambung Wagino, bagaimana langkah-langkah mencegah pernikahan di bawah umur atau penikahan dini. Berdasarkan data pada tahun 2016, jumlah warga Jawa Tengah yang menikah di bawah umur mencapai 30.128. “Itu yang menikah di bawah umur 16 tahun. Ada beberapa Kabupaten yang masuk zona merah pernikahan di bawah umur, yaitu Kabupaten Grobogan, Wonosobo, Banjarnegara dan Purbalingga,” jelasnya.

Ia mengapresiasi keberhasilan KB di Kabupaten Blora yang dinilai 70% sukses karena kesadaran dan peran serta masyarakat.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dalduk KB) Kabupaten Blora H. Winarno mengemukakan, pada tahun 2017 ini, Kabupaten Blora tidak termasuk zona merah pernikahan di bawah umur. “Alhamdulillah, Kabupaten Blora tidak termasuk zona merah pernikahan dibawah umur. Pada 2016, Kabupaten Blora rangking tiga se provinsi Jawa Tengah. Semuanya berkat kesadaran warga masyarakat,” ucapnya.

Acara diselingi hiburan seni barongan binaan pemdes Jeruk, pembagian biskuit dan aneka dorprize.

Kepala Desa Jeruk Budi Wiyanto mengucapkan terimakasih atas pelaksanaan sosialisasi di wilayah desanya. “Harapan kami bisa lebih meningkatkan kesadaran warga masyarakat di desa kami untuk ikut KB. Terutama para bapak-bapak,” ujarnya. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

5 Tahun Fadli Zon Nikmati Rp 25 Miliar, Yang Diproduksi Hanya Brutalisme Politik

JAKARTA-Ketua Bidang Organisasi DPP Partai Hanura, Benny Rhamdani menyindir perilaku

Hasil Survei, Masyarakat Jatim Pilih La Nyalla Untuk Perbaikan Ekonomi

JAKARTA-Jelang Pilkada Jawa Timur, Juni 2018 nanti, Lembaga Kajian Pemilu