Direksi Baru Garuda Diminta Merespon Soal Harga Tiket

Wednesday 22 Jan 2020, 6 : 24 pm
Ilustrasi

JAKARTA–Komisi V DPR segera memanggil para jajaran direksi Garuda Indonesia dan Lion Group terkait masih tingginya harga tiket pesawat terbang. Sehingga hal ini mempengaruhi pertumbuhan industri pariwisata dan perhotelan, khususnya di dalam negeri.

“Memang kita mau jadwalkan pemanggilan dua maskapai tersebut, cuma kemarinkan Garuda belum ada direksi yang definitif. Nah sekarang telah ada direksi barunya,” kata anggota Komisi V DPR Mochamad Hervino kepada wartawan di Jakarta (22/1/2020).

Apalagi Garuda Indonesia, baru saja memiliki jajaran direksi baru. Tentu jadi lebih mudah mengkomunikasikannya terkait penurunan harga tiket. “Mudah-mudahan direksi baru Garuda ini bisa merespon secepat masalah ini,” tegasnya.

Namun soal kepastian pemanggilan ini, kata Vino-sapaan akrabnya, belum bisa dipastikan. Karena tentu harus menunggu rapat internal Komisi V DPR. “Terakhir kita rapat kerja sebelum 2019, dengan Kemenhub dan Maskapai penerbangan. Di situ memang didesak perlu ada solusi,” tambahnya.

Vino tak membantah kendala untuk menurunkan harga tiket memang dari modal biaya. Dimana operasional terbesar penerbangan itu adalah konsumsi bahan bakar (Avtur). “Soal BBM inikan juga perlu ada solusi tersendiri, tidak bisa serta merta dibahas Komisi V DPR, tentu perlu melibatkan Komisi lainnya,” paparnya.

Sebelumnya, Pemilik Total Nusa Tour and Travel, Hery Setyawan mengatakan harga tiket pesawat domestik hingga saat ini belum ada tanda-tanda penurunan harga.
“Tapi kalau harga dari Desember ke Januari jelas turun ya, karena dari musim ramai ke sepi jelas ada penurunan tapi tidak signifikan,” ujarnya kepada Tribunjogja.com, Selasa (7/1/2020).

Hery mencontohkan, untuk rute penerbangan Jakarta-Yogyakarta pada hari biasa, harga tiket yang dijual beragam maskapai mulai dari Rp 300-400 ribu hingga jutaan. Pembeli memang harus jeli melihat harga. Mereka harus meneliti kembali apakah harga murah yang ditawarkan sudah termasuk bagasi atau belum.

“Karena ada satu maskapai yang tanpa bagasi. Tiketnya terlihat murah, tapi harus bayar lagi untuk bagasi bisa nambah RP 100-200ribu, jadi tetap mahal,” urainya.

Hery mengatakan, dibandingkan tahun 2018, tiket pesawat tahun 2019 hingga awal 2020 ini masih lebih mahal. “Padahal kalau kita lihat dolar nilainya menurun. Misalkan dibandingkan dengan kurs asing karena sparepart pesawat menggunakan dolar, harusnya turun,” ucapnya. ***

Don't Miss

suspensi, BEI, Saham HITS, KJEN

Cek 21 Saham Penghuni Baru Indeks Kompas100 untuk Periode Agustus 2022-Januari 2023

JAKARTA-PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan bahwa berdasarkan evaluasi mayor,

Semester I 2023, Laba Bersih XL Axiata Tumbuh 12% Jadi Rp658 Miliar

JAKARTA-PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) membukukan pertumbuhan laba bersih