Dwelling Time Priok, Akhir 2014 Ditargetkan Capai tiga Hari

Saturday 23 Aug 2014, 2 : 06 pm
by

JAKARTA-Asosiasi pengguna jasa di Pelabuhan Tanjung Priok mendesak seluruh instansi yang berkepentingan di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu merealisasikan percepatan pelayanan barang di Pelabuhan Tanjung Priok atau dwelling time hingga bisa menjadi rata-rata kurang dari empat hari, dari saat ini masih mencapai rata-rata 5,8 hari.

Sekjen Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Achmada Ridwan Tento mengatakan, percepatan pelayanan barang di pelabuhan Priok menjadi mutlak untuk mendorong pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan pengumpul atau Hub.  “Pelayanannya mulai dari pre clrearance sampai dengan post clearance mesti dipercepat lagi. Soal infrastruktur di luar pelabuhan khususnya akses juga masih menjadi kendala serius. Semua itu mesti diperbaiki agar Priok bisa benar-benar jadi Hub,” ujarnya saat dialog Kemaritiman dan Penyegaran Wartawan Kepelabuhanan bertema ‘Pelabuhan Tanjung Priok dan Harapan Pelaku Usaha’, yang diselenggarakan Forum Jurnalis Pelabuhan (FORJAP) Tanjung Priok, di Jakarta, baru-baru ini.

Ridwan mengatakan potensi pasar Pelabuhan Tanjung Priok menjadi Hub sangat besar mengingat populasi penduduk Indonesia yang semakin besar yang sudah tentu menjadi tujuan ekspor bagi negara-negara produsen untuk memasarkan produk mereka. “Hal ini bisa dilihat saat ini throuput Pelabuhan Priok sudah bisa mencapai lebih dari 6 juta TEUs,” ujarnya.

Dia menyebutkan, potensi pasar lainnya yang paling menarik adalah besarnya ekspor hasil buni, pertambangan serta beberapa sektor industri yang berbasis di Indonesia mengingat negara ini merupakan negara kepulauan yang membutuhkan pemusatan di dalam konsolidasi ekspor.

Ridwan mengatakan, sedangkan untuk pasar internasional jika Priok menjadi Hub yakni produk industri otomotif dan elektronik yang berasal dari negara-negara Asia Timur dan India, serta Australia dan New Zealand yang merupakan maestro di dalam produksi ternak beserta turunannya.

Karena itu, ungkap Ridwan, menjadikan Priok sebagau Hub diperlukan persiapan yang harus dilakukan al; penataan dan revitalisasi pelabuhan Tanjung Priok, Elektronosasi dan otomasi gate secara keseluruhan, menggencarkan sistem kerja 24/7 dan menghilangkan pungutan lia (pungli).

General Manager Pelabuhan Tanjung Priok, Ari Henryanto mengatakan percepatan layanan di Pelabuhan bukan semata-mata karena modernisasi alat semata tepai perlu kesadaran semua pihak untuk bersinergi. “SDM dan soft infrastruktur memang perlu di tingkatkan. Sedangkan soal penataan lahan pelabuhan akan terus kami lakukan untuk menambah kapasitas tampung pelabuhan Priok,” ujarnya.

Pelabuhan Tanjung Priok, kata dia, justru akan mendukung dan membantu  para pengguna jasa pelabuhan Priok yang belum melakukan sinkronisasi sistem informasi dan tehnologi (IT) dengan  sistem IT di Pelabuhan. “Kita akan batu kalau ada pelaku usaha yang belum sinkron IT-nya dengan yang kami operasikan,” paparnya.

Ari juga mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan memfasilitasi semua tempat penimbunan sementara (TPS) di lingkungan Pelabuhan Priok agar menggunakan auto gate sistem dan e-payment dalam sistem pembayaran.

Kepala KPU Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok Wijayanta, mengatakan Bea dan Cukai akan terus melakukan percepatan layanan di pelabuhan, bahkan Bea dan Cukai Tanjung Priok menargetkan dwelling time di Pelabuhan Priok, pada akhir Desember tahun ini bisa mencapai 3,7 hari.

Dia mengatakan, pada September 2014  dwelling time di Priok bisa ditargetkan  mencapai 4,7 hari, dari saat ini (Agustus) mencapai 5,7 hari, Sedangkan tahun lalu dwelling time di Pelabuhan Priok mencapai lebih dari 8 hari.

Wijayanta mengatakan, sampai dengan Agustus  2014 realisasi penerimaan KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok sebanyak Rp.9,26 triliun atau hanya tercapai 51,26% dari target yang ditetapkan Rp 18,13 triliun.

Sementara itu, Ketua Angkutan Khusus Pelabuhan Organda Provinsi DKI Jakarta Gemilang Tarigan mengeluhkan amburadulnya infrastruktur jalan raya dari dan ke pelabuhan Priok. “Didalam pelabuhan Priok trailler kami masih sering antre rata-rata 4 jam, di luar pelabuhan juga jalanan macet,” ujarnya.

Gemilang juga mengeluhkan, layanan 24 jam di depo penumpukan peti kemas hinga kini belum beroperasi 24 jam. “Tolong dong pemerintah awasi itu operasional depo supaya operasi 24 jam. Kami sering dirugikan karena ketika sudah sore hari trailler kami tidak bisa masuk menyimpan peti kemas empty di depo,”tegas Gemilang.(AM)

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Indonesia Punya Modal Dasar Mengembangkan Industri Maritim

SURABAYA-Indonesia memiliki modal dasar yang cukup untuk dapat mengembangkan industri

Indonesia Perkuat Ekspor Kopi ke Australia

CANBERRA-Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mematok target peningkatan ekspor sebesar 300%