Ekonomi Negara Asia Pasifik Mampu Tumbuh 6%

Wednesday 15 May 2013, 3 : 07 pm
by
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo

YOGYAKARTA-Meskipun dibayangi oleh krisis di Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang  belum menunjukkan pemulihan yang berarti, berdasarkan proyeksi yang dipublikasikan oleh Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP) negara-negara berkembang di Asia Pasifik akan mampu tumbuh sebesar 6 persen pada tahun 2013.

Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2012 sebesar 5,6 persen. Sementara itu negara-negara Asia Timur diproyeksikan dapat tumbuh lebih tinggi lagi terutama didorong oleh kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang mendukung.

“Indonesia diperkirakan masih mampu mencatat pertumbuhan antara 6.2%-6.6%, meski lebih rendah dari tahun sebelumnya,” ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat membuka seminar internasional hasil kerjasama Bank Indonesia, Kementerian Keuangan dan The United Nations – Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP) di Yogyakarta, Rabu (15/5).

Seminar ini mengambil tema “Macroeconomic Policies for Sustainable Growth with Equity in East Asia” dan akan membahas isu-isu regional baik jangka pendek maupun jangka menengah-panjang yang masih dihadapi oleh negara-negara di Asia Timur di tengah-tengah kondisi ekonomi global yang masih belum menggembirakan.

Topik utama yang menjadi perhatian untuk dibahas dalam seminar ini adalah Current Macroeconomic Challenges, Managing Inflationary and Balance of Payment Pressures, Fiscal Policy for Development and its Budgetary Implications, Domestic Infrastructure Financing,  Mechanisms to Pool Regional Funds for Liquidity, dan  Rethinking Macroeconomic Policies for Sustainable and Inclusive Growth in East Asia.

Namun demikian, di tengah kuatnya pertumbuhan ekonomi Asia Timur, persoalan infrastruktur masih merupakan kendala utama yang dihadapi oleh banyak negara-negara Asia Timur. Berdasarkan perhitungan ESCAP dan ADB, terdapat jurang (kekurangan) pembiayaan infrastruktur di Asia Pasifik yang dapat mencapai USD600-800 miliar pertahun.

Selain kendala infrastruktur, permasalahan kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pendapatan masih merupakan tantangan besar yang harus dihadapi oleh sebagian besar negara anggota.

“Seminar dengan kolaborasi antara BI-ESCAP dan Kemenkeu RI dapat menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan makroekonomi ke depan dengan format yang lebih baik dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” jelas dia.

Seminar ini dihadiri oleh para pembicara dan peserta dari dari 14 negara di kawasan Asia Timur.

Pembicara yang hadir adalah pejabat ataupun pakar yang ahli dalam bidangnya antara lain: Mahendra Siregar (Wakil Menteri Keuangan – Kemenkeu RI); Anis Chowdhury (Direktur – Macroeconomic Policy and Development Division, ESCAP); Sonexay Sithphaxay (Deputi Gubernur – Bank of Lao PDR); Latifah Merican Cheong (Advisor, Chairman’s Office, Securities Commission.

Selain itu, juga Mantan Asisten Gubernur, Bank Negara Malaysia); Cyd N. Tuano-Amador (Asisten Gubernur – Banko Sentral ng Pilipinas); dan Kyungsoo Kim (Professor of Economics dan Mantan Deputi Gubernur, Bank of Korea).

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Polda Metro Harus Segera Tahan Eggi Sudjana

JAKARTA-Penyidik Polda Metro Jaya tidak boleh menunda-nunda meningkatkan status pemeriksaan
Menko Airlangga Hartarto

Kontribusi Manufaktur Terhadap PDB Nasional Capai 19,86%

JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif memacu pertumbuhan industri manufaktur nasional.