HIPMI: Perlu Terobosoan Ekspor Majukan Kopi Indonesia

Thursday 12 Sep 2013, 8 : 31 pm
by

JAKARTA-Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)  meminta pemerintah membuat teroboson mendorong ekspor dan mengurangi impor secara bertahap sehingga Indonesia tidak terperangkap dalam ketimpangan pembayaran yang pada gilirannya memicu penurunan nilai mata uang secara permanen. Sebab dikhawatirkan, penurunan nilai mata uang ini mendorong terciptanya hutang luar negeri baru.

Ketua Forum Dialog HIPMI, Anggawira mengatakan, kopi Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia dan juga memilki varian yang begitu beragam. Bahkan, kopi Indonesia sebagai salah satu di antara 10 komoditas unggulan penyumbang devisa negara. “Kopi telah menjadi simbol yang melekat bagi Indonesia yang merupakan produsen kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam,” jelas Anggawira kepada redaksi www.beritamoneter.com di Jakarta, Kamis (12/9).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga Juli 2013 defisit neraca perdagangan mencapai US$ 2,31 miliar. Dengan demikian, secara kumulatif dari Januari hingga Juli neraca perdagangan  defisit US$ 5,65 miliar. “Defisit ini terbesar sepanjang sejarah,” kata dia.

Meski demikian, nilai devisa negara dari ekspor komoditas ini masih fluktuatif meski menunjukkan trend peningkatan. Karena itu peningkatan produksi kopi nasional masih berpeluang besar untuk ditingkatkan, bukan hanya soal kuantitas  tapi juga kualitasnya.

Namun, ironisnya ekspor Indonesia belum didorong oleh produk-produk yang bernilai tambah. Ekspor Indonesia masih didominasi oleh barang-barang komoditas. “Kedepan memang perlu strategi untuk peningkatan nilai tambah, keunggulan kompetitif dan komparatif kita harus dimaksimalkan, sehingga memungkinkan terciptanya surplus,” ujar dia.

Dia menjelaskan, luas areal produktif perkebunan kopi Indonesia dewasa ini mencapai 950.000 hektar dari luas areal perkebunan kopi sebesar 1,3 juta hektar. Namun di bandingkan dengan negara lain tingkat produktifitasnya masih sangat rendah. Rata-rata, Indonesia hanya mampu menghasilkan kopi per hektar sebesar 2 ton, sedangkan vietnam mencapai 3 ton per hektar. Bahkan  Brazil yang mampu memproduksi hingga 4 ton per hektar. “Untuk itu, HIPMI bersama stake holder yang lain dalam hal ini pemerintah, kampus, IPB, AEKI dan OISCA mendoroong peningkatan produksi kopi nasional dengan melakukan kerjasama baik dari hulu hingga hilir, program intersifikasi yang meliputi beberapa langkah,” tutur dia.

Langkah yang ditempuh lanjut dia pemberian pupuk yang ramah lingkungan dengan harga terjangkau bagi para petani.  Hal ini diberangi penggantian tanaman tua dengan tanaman bibit unggul yang diberikan secara gratis kepada petani. “Dan, penyuluhan kepada petani untuk melakukan budidaya kopi dengan benar,” imbuh dia.
Sementara, program ekstensifikasi dapat dilakukan dengan cara pembukaan lahan baru untuk kopi arabika pada lahan-lahan yang sesuai di wilayah Aceh Tengah (Aceh), Cangkringan (Yogyakarta), Tana Toraja (Sulawesi Selatan), Flores dan Papua. “ Dan yang tidak kalah penting mendorong terciptanya merek-merek lokal yang mampu bersaing dilevel internasional, karena kopi saat ini sudah menjadi tren dan bagian dari gaya  hidup,” pungkas dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Obor Asian Games 2018, Jadi Penyemangat Kinerja BTN

BALI-PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. turut memberikan dukungan penyelenggaraan

Pasokan dan Akses Energi Dalam Pemulihan Ekonomi Global

JAKARTA-Staf Ahli Menteri Bidang Perencanaan Strategis yang Delegasi Tetap G20