HKTI Miris Petani Pangan Makin Terpuruk

Thursday 20 Nov 2014, 6 : 06 pm
Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Sadar Subagyo

JAKARTA-Pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dipastikan petani pangan makin miskin dan tak bisa berbuat apa-apa.

“Menaikan harga BBM bersubsidi kok pukul rata, petani disamakan orang yang punya mobil. Ini tidak adil, petani pangan sudah pasti makin berat hidupnya,” kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Sadar Subagyo di Jakarta, Kamis, (20/11/2014).

Lebih jauh mantan anggota Komisi XI DPR F-Gerindra ini mempertanyakan keputusan Pemerintahan Jokowi tersebut.

“Apa sih yang mau dicapai dari sektor pertanian ini. Ini kebijakan kalap, petani pangan makin tak mendapat perhatian,” ujar Sadar lagi.

Selain itu, kata Sadar, sudah pasti daya beli petani terus merosot dan ditambah lagi dengan inflasi di daerah juga akan naik.

Oleh karena itu, kata Sadar, HKTI meminta DPR mendorong pemerintah mengembalikan  Nilai Tukar Petani (NTP) ke angka 132 yang cenderung menurun dari tahun ke tahun. Rata-rata 3 bulan terakhir, NTP berada di 102.

Langkah ini akan membuat petani Indonesia makmur. Rata-rata NTP pada 2001 mencapai 132. Artinya, pendapatan petani 132, pengeluarannya 100.

“Masih bisa menabung 32. Sekarang di 2014, NTP hanya 102. Ini membuktikan, pembangunan selama ini memiskinkan petani,” terangnya.

Dikatakan Sadar, kondisi petani Indonesia sangat memprihatinkan. Karena begitu panen, harga jatuh. Ditambah lagi, ada ‘keisengan’ yang luar biasa yakni, impor komoditi yang sama.

“Mau panen bawang merah, ada impor. Akibatnya, harga bawang jatuh. Penderitaan petani sangat panjang. Padahal, tugas pemerintah untuk memakmurkan petani,” imbuhnya.

Akibatnya, lanjut Sadar, generasi muda enggan bertani. Demikian juga dengan usaha tani, khususnya tanaman pangan utama menjadi tidak menarik lagi.

Jumlah rumah tanga yang menanam padi pada 2003 sejumlah 14,2 juta dan pada 2013 turun menjadi 14,1 juta. Begitu pula dengan rumah tanga yang menanam jagung, turun dari 6,4 juta di 2003 menjadi 51,1 juta di 2013.

Hal ini menjadi lampu merah buat bangsa Indonesia. “Kalau generasi muda enggan bertani, maka jebakan pangan di depan mata,” ungkapnya.

“Untuk itu, HKTI meminta DPR mendesak pemerintah agar melakukan reformasi total di usaha tani tanaman pangan utama sehingga dalam 5 tahun ke depan NTP dapat meningkat signifikan melebihi NTP 2001 sebesar 132,” pungkasnya. (ek)

Don't Miss

UEA Akan Pasarkan Senapan SS2 Buatan Pindad

JAKARTA-Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) telah menyetujui kerja sama lisensi

Agus Marto Perlu Didampingi Deputi Senior

JAKARTA-Pengamat ekonomi  Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono menilai Menteri Keuangan,