Imbal Hasil Investasi Kalah 6,6% Dibandingkan Kenaikan Biaya Admin

Friday 5 Jun 2015, 2 : 41 pm
by
Executive Vice President, Head of Wealth & Asset Management, Michael Dommermuth

JAKARTA-Alokasi aset yang tidak efektif menyebabkan perkembangan dana investor terus mengalami defisit setiap tahunnya, disebabkan pertumbuhan aset di tabungan yang berlangsung lebih lambat daripada kenaikan biaya-biaya. Penyebab utamanya adalah kepemilikan dana tunai yang berlebihan. “Dalam setiap langkah maju yang dijalani oleh rata-rata investor di Asia untuk meraih tujuan keuangan mereka, banyak yang justru mengalami kemunduran setengah langkah karena kenaikan biaya beragam tujuan keuangan tersebut. Tidak terkecuali untuk Indonesia. Investor menghadapi potensi kekurangan imbal hasil investasi sebesar 6,6% per tahun dibandingkan dengan kenaikan biaya beragam tujuan keuangannya,” ujar Executive Vice President, Head of Wealth & Asset Management, Manulife Asset Management, Michael Dommermuth saat memaparkan hasil laporan terbaru dari Manulife Asset Management di Jakarta, Jumat (5/6).

Angka ini terlihat kecil secara persentase, namun ini merupakan angka potensi defisit terbesar di Asia dan mencerminkan jumlah yang signifikan dengan adanya bunga majemuk selama lebih dari 10 atau 20 tahun.

Laporan yang berjudul One step forward, half a step back: Meeting financial goals in Asia (Satu langkah maju, setengah langkah mundur: Mencapai beragam tujuan keuangan di Asia) merupakan laporan hasil riset keenam dari serial Aging Asia yang dikeluarkan oleh Manulife Asset Management. Laporan ini menganalisa lima tujuan keuangan yang paling utama di Pan-Asia, yaitu: dana untuk masa pensiun, pendidikan yang tinggi untuk anak, mempertahankan gaya hidup saat ini, membeli rumah utama, dan dana darurat (termasuk biaya kesehatan yang tak terduga). Selain itu, dalam laporan ini juga terungkap dimana investor menyimpan dananya dan strategi investasi yang dilakukan untuk mencapai beragam tujuan keuangannya tersebut. “Dari hasil riset kami, tujuan keuangan yang utama di Indonesia adalah menyimpan dana untuk pendidikan yang lebih tinggi bagi anak dan dana persiapan masa pensiun,” ujarnya.

Menurutnya, Indonesia memiliki peluang emas untuk meningkatkan potensi pertumbuhan ekonominya melalui edukasi bagi penduduknya yang relatif masih muda, untuk kemudian ikut berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang relatif pesat. “Sementara itu, kami menemukan bahwa tingkat partisipasi masyarakat terhadap sistem keuangan formal masih cukup rendah. Hal ini membatasi kesempatan bagi individu untuk memanfaatkan pasar modal sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk masa pensiun dan untuk membantu memenuhi tujuan keuangan utama lainnya,” urainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Produksi 2 juta Ton Aluminium Terus Digenjot

JAKARTA-Produksi aluminium nasional terus digenjot dengan menargetkan sebanyak 1,5-2 juta

Pemilu 2014 Terburuk

JAKARTA – Direktur  Program Tranparency International Indonesia (TII), Ibrahim Fahmi Badoh