Indonesia Harus Bangga dengan Sekolah Sendiri

Monday 28 Apr 2014, 3 : 22 pm
by
Wakil Ketua MPR RI, Melani Leimena Suharli saat Dialog Pilar Negara di Jakarta, Senin (28/4).

JAKARTA-Wakil Ketua MPR-RI, Melani Leimena Suharli meminta masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap system pendidikan (sekolah) sendiri (local). Rasa bangga ini diwujudkan  dengan tidak menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan asing. Selain biaya sekolah asing sangat mahal, lembaga pendidikan asing juga tidak mengajarkan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan tidak menyanyikan Indonesia Raya yang menjadi esensi dunia pendidikan Indonesia. “Guna melanjutkan perjuangan RA Kartini, kita harus melakukan hal-hal yang positif untuk rakyat,” ujar Melani dalam Dialog Pilar Negara bertema “Kiprah Perjuangan Perempuan dari Masa ke Masa” di Gedung Perpustakaan MPR-RI, Jakarta, Senin (28/4).

Hadir sebagai pembicara, Pengamat pertahanan militer, Connie Rahakundini Laspetrini, dan Ketua Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Yuniyanti Chuzaifah.

Dalam kesempatan itu dia  juga menyesalkan banyaknya warga pribumi menyekolahkan anaknya di sekolah asing berbiaya mahal luar biasa dan enggan menyekolahkan putra-putrinya di sekolah bangsa sendiri. Padahal secara kwalitas, dunia pendidikan local tidak kalah dengan asing. “Dunia pendidikan kita sekarang ini setara dengan asing,” tegasnya.

Menurut Melani, memperingati hari Kartini di bulan April ini, harus dilihat dari dua sisi,  yakni,  di satu sisi banyak partisipasi dan peran kaum perempuan yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya, baik di bidang sosial politik, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Tapi di sisi lain, Kartini justru akan menangis, karena ada kaum perempuan yang terlibat dalam kejahatan seksual anak, korupsi dan lain-lain. Seperti di Jakarta International School (JIS). “Oleh karena itu, pelaku kejahatan seksual anak, pemerkosa, dan pelecehan lainnya harus dihukum seberat-beratnya, misalnya hukuman seumur hidup,” tegasnya.

Melani juga menyayangkan dampak dari kemajuan di segala bidang di negara ini ternyata berdampak buruk terhadap kaum perempuan. Terbukti, adanya para perempuan yang sudah eksis berkiprah di dunia politik dan menjadi anggota DPR RI malah terjerumus dalam skandal korupsi, bahkan cukup banyak yang turut membantu kaum lelaki melakukan tindak kejahatan. “Ini barangkali yang menjadikan rakyat tidak lagi memilih caleg-caleg perempuan, sehingga orang sebaik Nurul Arifin, Eva Kusuma Sundari, misalnya gagal ke Senayan,” pungkasnya. (OCTA HAMDI)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Mentersangkakan Setnov, Bukti Nyata Jokowi Tak Bisa Didikte

JAKARTA-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menetapkan Ketua DPR Setya Novanto

BI Minta Alipay-WeChat Fasilitasi Produk Lokal

JAKARTA-Bank Indonesia meminta perusahaan jasa pembayaran asal China, Alipay dan