Inflasi Agustus Terendah Sejak 2007

Monday 1 Sep 2014, 7 : 53 pm
by

JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Agustus 2014 hanya mencapai angka 0,47 persen. Rendahnya laju inflasi ini menunjukkan keberhasilan pemerintah. “Ini memperlihatkan pengendalian inflasi terlihat bagus. Laju inflasi Agustus 2014 hanya kalah rendah dari angka Agustus 2006 yang tercatat sebesar 0,33 persen, karena biasanya inflasi pada bulan ini cenderung tinggi,” kata Kepala BPS Suryamin membandingkan angka 10 tahun terakhir dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (1/9).

Laju inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2014 telah mencapai 3,42 persen dan secara tahunan (yoy) sebesar 3,99 persen. Sementara, inflasi komponen inti Agustus 2014 tercatat sebesar 0,46 persen dan secara tahunan (yoy) telah mencapai 4,47 persen.

Suryamin menambahkan bahwa nilai inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada hampir seluruh kelompok pengeluaran, kecuali kelompok transpor, komunikasi dan jasa keungan yang mengalami deflasi, yaitu sebesar 0,12 persen.

Namun begitu, kata Suryamin, walaupun pada bulan Agustus masih terdapat dampak dari Idul Fitri, nilai inflasinya bisa tetap rendah.

Menurut Suryamin, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi terbesar, yaitu 1,58 persen. Hal tersebut disebabkan adanya tahun ajaran baru pada Bulan Agustus 2014. Kelompok berikutnya yang mengalami inflasi terbesar adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar.

Suryamin mengatakan kenaikan tersebut disebabkan dampak dari kenaikan tarif listrik. Namun demikian, hal tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan, mengingat kenaikan listrik yang tidak selalu terjadi di setiap bulan.

Sementara itu, bersamaan dengan diumumkannya Indeks Harga Konsumen, BPS melansir angka ekspor dan impor bulan Juli 2014. Nilai Ekspor RI pada Juli 2014 mencapai 14,18 miliar dollar AS atau mengalami penurunan sebesar 7,99 persen dibandingkan bulan Juni.  Hal tersebutkan dipicu oleh menurunnya eskpor migas dan nonmigas, masing-masing sebesar 8,59 persen dan 7,86 persen.

Sejalan dengan hal tersebut, nilai impor yang mencapai 14,05 miliar dollar AS juga mengalami penurunan sebesar 10,47 persen dibandingkan bulan Juni. Penurunan nilai impor tersebut bersumber dari penurunan pada impor nonmigas sebesar  19,55 persen.

Jika dibandingkan dengan nilai ekspor, nilai impor pada Juli 2014 mengalami penurunan yang lebih besar, kondisi ini kembali memberikan catatan surplus pada neraca perdagangan Juli 2014 sebesar 123,7 juta dollar AS, yang diikuti pula oleh surplus dari sisi volume perdagangan sebesar 32,17 juta ton. Namun lebih jauh, secara kumulatif (Januari-Juli 2014) Neraca Perdagangan Indonesia masih mengalami defisit, yaitu sebesar 1,02 miliar dollar AS.

Suryamin menjelaskan bahwa salah satu penyebab turunnya nilai ekspor pada bulan Juli tersebut disebabkan oleh momen liburan Idul Fitri yang menyebabkan tutupnya aktivitas di sejumlah pabrik yang berpengaruh pada rendahnya aktivitas ekspor.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Beban Rakyat Sudah Berat, Harga BBM Subsidi Tak Naik

PADANG-Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Chairul Tanjung memastikan bahwa pemerintahan

Survei BI: Kegiatan Dunia Usaha Triwulan II 2019 Membaik

JAKARTA-Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan kegiatan usaha pada