Penny menegaskan, sebagai otoritas obat dan makanan di Indonesia, Badan POM melakukan pengawalan terhadap product life cycle yang merupakan siklus mata rantai yang tidak dapat dipisahkan.
“Ini merupakan satu kesatuan mencakup pre dan post-market,” kata Penny.
Penny menambahkan, data hasil evaluasi pre-market yang menunjukkan risiko akan menjadi input bagi pengawasan post-market. Tujuannya agar risiko dapat dicegah, dikendalikan, serta diminimalisir melalui peningkatan pengawasan farmakovigilans.
“Siklus ini merupakan unsur kritikal bagi efektivitas perlindungan masyarakat dari risiko Obat dan Makanan yang membahayakan kesehatan masyarakat,” ujar Penny.
Di tingkat global, potensi pasar obat dan farmasi Indonesia sebetulnya sangat menjanjikan. Direktur Operasi Bio Farma, M. Rahman Roestan mengatakan salah satu potensi Indonesia di tingkat global adalah industri vaksin dan bioteknologi.
Rahman mengingatkan, untuk terus bersaing di level global, ada beberapa aspek yang perlu diperkuat, bukan hanya industrinya yang sudah menerapkan quality management system yang sesuai standar, tetapi juga fungsi pengawasannya yang sesuai dengan standar global.
“Di beberapa negara itu tidak semuanya mencapai majority level tiga. Indonesia sudah empat. Ini harus dipertahankan. Jadi untuk industri vaksin ada sekitar 100 lebih industri vaksin yang sudah diakui badan kesehatan dunia kurang dari 30 dan salah satunya Indonesia. Ini yang harus kita pegang, harus kita tingkatkan terus kepercayaan global terhadap quality management system di industri dan pengawasannya,” ungkapnya.