Jangan Main ‘Dua Kaki’ Partai Nasdem

Thursday 7 Nov 2019, 1 : 18 pm
by
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kiri) berpelukan dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman usai menyampaikan hasil pertemuan tertutup kedua partai di DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10/2019)/dok antara.

Relasi Koalisi

Untuk itu, saya menyarankan kepada Surya Paloh agar segera memperbaiki relasi koalisi dan komitmen dengan pemerintahan Jokowi. Jangan sampai hubungan terganggu apalagi semakin jauh, sementara ada tiga kader Nasdem di kabinet. Atau memang ada keinginan mejadi posisi checks and balances, di luar pemerintahan dengan menarik kadernya dari kabinet. Sebab, berada di luar pemerintahan, sama mulianya dengan di dalam kekuasaan, sepanjang berbasis pada ideologi Pancasila, UUD 1945 dan NKRI.

Atau tidak ada salahnya, bila para senior partai di Nasdem dan tiga menteri yang duduk di kabinet yang sekarang harus berani memberikan masukan kepada Surya Paloh tentang penentuan posisi politik Nasdem lima tahun ke depan, di dalam koalisi dengan memberikan dukungan penuh kepada pemerintah atau di luar kekuasaan. Pada konteks dan saat tertentu, teman sekerja terlepas pada posisi apapun di partai, bisa saja saling memberi masukan, nasehat bahkan tegoran, tetapi dilakukan di teritorial privat di partai. Tidak ada salahnya “buka-bukaan” pandangan di sana untuk menentukan sikap politik untuk setidaknya lima tahun ke depan.

Ketegasan sikap politik sangat perlu agar tidak dimaknai oleh publik seolah bermain di “dua kaki”. Jangan sampai Nasdem berada di persimpangan jalan. Politik itu perlu komitmen. Apalagi mengambil posisi di oposisi karena tidak ada partai yang menjadi oposisi. Ini kurang produktif.

Satu lagi yang menarik pada bagian sambutannya, Jokowi bertanya langsung ke Surya Paloh di ruang tunggu (bukan di ruang publik), sebelum acara HUT Golkar dimulai perihal pertemuannya dengan Sohibul Iman, sangat humanis dan bagus sekali. “Tadi di holding saya tanyakan, ada apa? Tapi nanti jawabnya, di lain waktu dijawab. Saya boleh bertanya dong, karena beliau masih di koalisi pemerintah,” tegas Jokowi yang dimuat diberbagai media.

Dari ungkapan tersebut, Jokowi ingin mendengar secara langsung dari Surya Paloh tentang isi pembicaraanya dengan Sohibul Iman. Bertanya langsung kepada yang bersangkutan, sangat baik daripada (hanya) menerima pesan dari pihak ketiga, yang boleh jadi sudah melalui erosi fakta. Sayangnya, Surya Paloh tidak menjawab atau belum siap menjawab karena bisa saja tidak diduga pertanyaan itu muncul. Memang pertanyaan yang tiba-tiba, cenderung memperoleh jawaban yang lebih natural. Karena itu, konteks pengajuan pertanyaan oleh Jokowi tersebut, sebagai hal yang produktif.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BNI Syariah Tebar Promo Meriahkan ISEF dan Bulan Inklusi Keuangan

JAKARTA-BNI Syariah mendukung program Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan Otoritas
IHSG

Awal Pekan, IHSG Tergerus 0,99% di Posisi 7.119,525

JAKARTA-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup