Pada kesempatan itu, Menperin menyampaikan dengan bangga, bahwa 4 dari 10 unicorn di ASEAN berasal dari Indonesia, yakni Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
“Mereka adalah sejumlah perusahaan yang paling banyak mendapatkan modal dan merupakan startup paling kompetitif,” ujarnya.
Agus optimistis, unicorn dari Indonesia mampu bersaing dengan unicorn lainnya di ASEAN seperti Grab, Sea, Lazada, dan Razer dari Singapura, Revolution Precrafted dari Filipina, dan VNG dari Vietnam. Semua unicorn di ASEAN punya market value gabungan sebesar USD34 Miliar, yang dikutip dari laporan Bain & Company pada 2018.
Sejalan dengan pertumbuhan unicorn yang cepat di Asia Tenggara, hal ini terjadi juga di Korea Selatan. Menurut CBInsights pada November 2019, terdapat 10 unicorn startups di Korsel, di antaranya Coupang, Bluehole, Yello Mobile, Wemakeprice, Woowa Brothers, dan Viva Republica. “Jumlah itu terus berkembang sejalan dengan munculnya ratusan startup baru,” sebutnya.
Berdasarkan data CBInsights pada Januari 2019, terdapat 3.617 startup yang didirikan di wilayah Asia Tenggara. Sementara itu, startup baru (non-unicorn) baik di ASEAN dan Korea, totalnya mencapai 3.919 startup.
“Startup tersebut didukung dengan pendanaan kuat dan menciptakan bisnis yang out-of-the-box, sehingga mampu menunjukkan posisi mereka di dunia dan siap untuk bersaing dengan kompetisi startup yang kian ketat,” terangnya.