Konsumsi Rumah Tangga Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Wednesday 8 Jan 2020, 12 : 03 am
by
ILustrasi

JAKARTA-Perekonomian Indonesia di tahun 2019 menghadapi tantangan yang cukup berat, baik dari faktor eksternal maupun internal.

Dampak dari perlambatan ekonomi global dan ekonomi di banyak negara di dunia, juga berimbas pada laju investasi, kegiatan ekspor dan impor, serta aktivitas dunia usaha di dalam negeri.

“Pemerintah melakukan langkah-langkah nyata dengan menggunakan instrumen fiskal, serta kebijakan di sektor riil, yang didukung dengan relaksasi kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI),” ujar Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Selasa (7/1/2020).

Menurutnya, sinergi yang kuat antara institusi kebijakan moneter dan fiskal mampu meminimalisasi dampak risiko global terhadap perekonomian nasional, sehingga stabilitas ekonomi makro di dalam negeri tetap terjaga, untuk mempertahankan momentum pertumbuhan dan pembangunan nasional di tahun 2019.

“Dengan melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai triwulan III tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,04% (c-to-c) serta langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah dan BI, outlook perekonomian nasional dalam keseluruhan tahun 2019 diproyeksikan dapat tumbuh mencapai 5,05%,” tuturnya.

Dia menjelaskan, pertumbuhan ini bersumber dari kontribusi konsumsi rumah tangga dan pemerintah yang masing-masing tumbuh 5,2% dan 4,7%.

Selain itu, pembentukan modal tetap bruto tumbuh moderat sebesar 4,7%, yang dipengaruhi oleh terjaganya fundamental perekonomian domestik, di tengah peningkatan risiko ketidakpastian global yang memengaruhi persepsi investor.

Sementara itu, kinerja ekspor dan impor masih terbatas sejalan dengan perkembangan melemahnya perdagangan dunia dan turunnya harga komoditas utama Indonesia, seperti batu bara.

“Berbagai kondisi tersebut menghadapkan Pemerintah pada berbagai tantangan untuk terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tahun 2019,” imbuhnya.

Dalam kondisi yang relatif menantang tersebut, tingkat inflasi dapat dikendalikan pada tingkat sebesar 2,72%, tingkat terendah yang dicapai dalam waktu 20 tahun terakhir, sehingga turut berkontribusi pada pertumbuhan permintaan domestik.

Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat cenderung menguat atau mengalami apresiasi 3,9% (EoP) dibandingkan dengan yang diasumsikan dalam APBN.

Hal ini seiring dengan terjaganya cadangan devisa nasional serta masuknya aliran modal asing ke dalam negeri akibat perbaikan credit rating Indonesia sebagai wujud kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia.

“Dengan terjaganya stabilitas ekonomi makro nasional serta efektivitas pelaksanaan program pembangunan Pemerintah, pada akhirnya menghasilkan perbaikan pada berbagai indikator kesejahteraan masyarakat,” terangnya.

Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran per Agustus 2019 turun menjadi sebesar 5,28% dari posisi yang sama tahun 2018 sebesar 5,34%.

Sementara itu, tingkat kemiskinan Indonesia per Maret 2019 turun menjadi 9,41% dari sebelumnya 9,82% pada Maret 2018 dan koefisien gini membaik dari 0,389 pada Maret 2018 menjadi 0,382 pada Maret 2019.

Capaian positif di tahun 2019 tersebut akan menjadi dasar untuk menopang langkah pembangunan di tahun 2020.

“Kita lihat perekonomian global yang menunjukkan kelemahan yang sangat nyata ini, maka tahun 2020 ada sedikit optimisme yaitu adanya recovery. Diharapkan 2019 adalah bottom dari pelemahan yang sifatnya across the globe ini, seluruh negara, mengalami perlemahan yang sama arahnya yaitu melemah. Kita berharap tahun 2020 akan ada sedikit pemulihan atau recovery,” jelas Menkeu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Ditjen Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Jadi Ditjen Pembiayaan Infrastruktur

JAKARTA-Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor

Penjualan UMKM Pertamina Tembus Rp 4 Miliar

JAKARTA-Pertamina berdayakan mitra binaanya untuk turut memproduksi barang dan jasa