Laba BBCA di Kuartal Ketiga Turun 4,2%, Aset Tembus Rp1.000 Triliun

Tuesday 27 Oct 2020, 9 : 47 pm
by
Ilustrasi BCA

JAKARTA-Pada Kuartal III-2020, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami penurunan laba bersih sebesar 4,2 persen (year-on-year) menjadi Rp20 triliun, namun total aset untuk kali pertama menembus angka Rp1.000 triliun.

Menurut Presiden Direktur BBCA, Jahja Setiaatmadja, sejauh ini kinerja keuangan (konsolidasian) BCA mencatatkan kinerja membaik di tengah kondisi pandemi Covid-19.

“Pada akhir September tahun ini, pertama kalinya aset kami mencapai Rp1.000 triliun lebih sedikit,” kata Jahja di Jakarta, Senin (26/10).

Dia mengatakan, BCA masih mampu mencatat pertumbuhan positif laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) yang ditopang oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan (CASA), penurunan biaya dana (CoF) dan penurunan biaya operasional.

“PPOP meningkat 13,5 persen (y-o-y) menjadi Rp33,8 triliun”.

Pada akhir September 2020, total kredit BBCA tercatat sebesar Rp581,9 triliun atau menurun 0,6 persen (y-o-y).

Kredit korporasi tercatat sebesar Rp252 triliun atau meningkat 8,6 persen, sedangkan kredit komersial dan UKM menurun 4,9 persen menjadi Rp182,7 triliun.

Pada portofolio kredit konsumer, KPR menurun 3,1 persen (y-o-y) menjadi Rp89,3 triliun dan kredit kendaraan bermotor (KKB) menurun 19,3 persen menjadi Rp38,6 triliun.

Saldo outstanding kartu kredit menurun 18,5 persen menjadi Rp10,9 triliun. Total portofolio kredit konsumer menurun 9,4 persen menjadi Rp141,7 triliun.

“Pada sisi penyaluran kredit, BCA berfokus untuk membantu nasabah dalam merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi. Sampai dengan pertengahan Oktober 2020, BCA memproses Rp107,9 triliun pengajuan restrukturisasi kredit atau sekitar 19 persen dari total kredit yang berasal dari 90.000 nasabah,” papar Jahja.

Dia melanjutkan, total kredit yang direstrukturisasi pada akhir 30 September 2020 adalah senilai Rp90,7 triliun atau sebesar 16 persen dari total kredit pada semua segmen.

“Kami sangat bersyukur atas program relaksasi dari regulator yang membantu perbankan dan nasabah dalam melewati masa yang sulit untuk mencapai pemulihan” ujar Jahja.

Dari sisi pendanaan, kata Jahja, BBCA berhasil mencatat kinerja yang solid pada sembilan bulan pertama 2020, yakni CASA bertumbuh 16,1 persen (y-o-y) mencapai Rp596,6 triliun, menghasilkan total dana pihak ketiga (DPK) dengan pertumbuhan sebesar 14,3 persen menjadi Rp780,7 triliun.

Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 8,8 persen (y-o-y) mencapai Rp184,1 triliun.

Pertumbuhan DPK tersebut telah mendukung pertumbuhan total asset BCA menembus level seribu triliun rupiah atau tepatnya Rp1003,6 triliun atau meningkat 12,3 persen.

Jahja memaparkan, franchise perbankan transaksi BBCA yang didukung oleh besarnya jumlah nasabah dan pengembangan berbagai layanan digital telah memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti Bank.

CASA memberikan kontribusi sebesar 76,4 persen dari total DPK.

BBCA memproses sekitar 33 juta transaksi per hari selama sembilan bulan pertama 2020 atau meningkat dari 26 juta transaksi per hari pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada laporan laba-rugi, ujar Jahja, terlepas dari pertumbuhan stagnan pada pendapatan bunga, BBCA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 9 persen (y-o-y) menjadi Rp40,8 triliun selama sembilan bulan pertama 2020, terutama ditopang oleh beban bunga yang rendah.

Pendapatan selain bunga tercatat sebesar Rp15,1 triliun atau meningkat 3 persen (y-o-y).

Total pendapatan operasional selama sembilan bulan pertama 2020 mencapai Rp55,9 triliun atau bertumbuh 7,3 persen. Beban operasional tercatat sebesar Rp22,1 triliun atau menurun Rp216 miliar dibanding tahun lalu.

Maka, PPOP meningkat Rp4 triliun atau sebesar 13,5 persen menjadi Rp33,8 triliun.

BBCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp9,1 triliun atau meningkat Rp5,6 triliun (160,6 persen) secara year-on-year, sejalan dengan peningkatan risiko penurunan kualitas kredit.

Rasio kecukupan modal (CAR) BBCA tercatat sebesar 24,7 persen pada September 2020, loan to deposit ratio (LDR) sebesar 69,6 persen.

Rasio kredit bermasalah (NPL) 1,9 persen, rasio pengembalian terhadap aset (ROA) sebesar 3,4 persen dan ROE sebesar 16,9 persen.

“Pandemi Covid-19 tidak hanya menciptakan tantangan di berbagai aspek, namun juga mengharuskan kita untuk mengelola ketidakpastian. Terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, pandemi juga memberikan peluang dalam meningkatkan layanan digital kami untuk dapat melayani nasabah dengan lebih baik. Kedepannya, kami memperkirakan akan lebih banyak lagi transaksi non-tunai dan tanpa kartu yang akan menjadi bagian signifikan dalam kehidupan normal baru,” tutur Jahja.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Prinsip Certainty, Simplicity, dan Efficiency Buktikan Gross Split Semakin Diminati

JAKARTA-Pemerintah berusaha melakukan inovasi baru, baik yang berwujud dalam bentuk
suspensi, BEI, Saham HITS, KJEN

Niat Bayar Utang ke BBCA, COCO Rencanakan Rights Issue Senilai Rp100,86 Miliar

JAKARTA-PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) berencana melakukan Penambahan Modal