Manajemen Ulat Buah Ala BUMN

Thursday 16 Jul 2020, 3 : 45 pm
by
ilustrasi

Oleh: Salamuddin Daeng

BUMN itu ibarat buah ranum, segar, banyak gizi dan nutrisinya. Buah seperti itu sangat disenangi oleh ulat buah. Ulat buah akan memakan buah dari dalam sampai kosong.

Meski buah itu terlihat masih bagus dari luar, masih ranum, namun dalammya sudah kopong seperti kepompong.

Itulah yang terjadi di BUMN sekarang. Semua kebijakan yang menaungi BUMN memuat peluang bagi oligarki politik baik yang ada di pemerintahan maupun parlemen agar dapat memakan harta kekayaan, uang, dan belanja BUMN.

Itulah sebabnya mengapa begitu besar aset BUMN, begitu banyak proyek di BUMN, begitu besar, belanja BUMN, namun tetap saja BUMN ini merugi alias buntung.

Namun anehnya pejabat negara yang kekuasaanya meliputi BUMN banyak kaya mendadak. Demikian juga dengan oligarki kawan-kawan pejabat negara juga kaya raya.

Belum terdengar kabar ada oligarki penguasa yang jatuh miskin bersama dengan ambruknya kondisi keuangan BUMN sekarang.

Misalnya kita tidak mendegar perusahaan mitra pertamina seperti para pemasok BBM impor mengalami bangkrut.

Juga tidak terdengar mitra PLN pemilik pembangkit atau bandar batubara bangkrut, meskipun kondisi keuangan PLN saat ini tengah memburuk dan sekarat.

Manajemen BUMN mulai pejabat tertinggi di BUMN sampai dengan komisaris dan direktur anak anak perusahaan adalah drop-dropan dari pengusaha melalui tangan tangan para pejabat negara atau pejabat negara yang sekaligus merangkap pengusaha.

Mereka menempatkan pejabat BUMN untuk mengamankan kantong kantong pengusaha yang membina mereka atau pejabat negara yang menempatkan mereka.

Coba lihat BUMN karya, meskipun proyeknya, begitu banyak belanjanya seiring dengan digenjotnya infrastruktur dalam lima tahun terakhir, hasilnya BUMN karya merugi.

Tidak hanya itu, BUMN karya menanggung utang yang besar. Nasib yang sama dialami oleh seluruh BUMN yang lain. Sementara banyak kontraktor mitra yang untung. Demikian juga pejabat negara di bidang ekonomi sekarang kasat mata makin banyak yang kaya raya.

Demikianlah pengibaratan BUMN sekarang. Dari luar BUMN dipoles dengan berbagai hiasan. BUMN tampak mentereng. Logo baru warna warni, slogan-slogan baru.

Istilah baru dimunculkan dalam tata kelola BUMN, sehingga di mata awan BUMN tampak keren.

Namun isi dalam BUMN, sari buah BUMN sudah dihisap oleh para pemegang kuasa di BUMN. Mereka bagi sari buah BUMN untuk kenyangnya perut sendiri dan gerombolannya.

Ketika pemilik BUMN yakni rakyat memetik buah dan ingin merasakan sari buah BUMN ternyata isinya sudah kopong, bahkan biji bijinyapun sudah menbusuk, karena bijinya ikut dimakan ulat buah, yakni oleh mereka para oligarki politik.

Lalu apakah masih ada cara untuk menyelamatkan buah yang ranum dan segar itu? Mungkin salah satu carànya adalah menyemprotnya dengan disinfectan. Belum ada yang mencoba selama ini.

Disifectan lebih aman dibandingkan disemprot dengan pestisida. Ini harus segera dilakukan mengingat kalau terlambat batang batang pohon buah akan ikut dimakan ulat-ulat ini.

Kalau ini terjadi maka pohon buah BUMN akan menjadi batang dan ranting kering yang nanti cuma bisa buat kayu bakar.

Penulis adalah Pengamat Ekonomi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Pluralisme Ekonomi Jadi Bom Waktu

JAKARTA-Pluralisme bidang ekonomi di Indonesia dinilai belum adil, karena distribusi

Buruh Juluki Anies-Sandi “Bapak Pembohong”

JAKARTA-Buruh Jakarta menolak Upah Minimun Provinsi (UMP) DKI Jakarta tahun