Masyarakat Indonesia Nyaman Berinvestasi Secara Konvensional

Wednesday 12 Nov 2014, 9 : 25 pm
by

BANDAR LAMPUNG-Masyarakat Indonesia ternyata masih enggan berinvestasi di pasar modal, meski banyak wilayah di Indonesia yang masyarakatnya mampu secara ekonomi dan berpotensi sebagai basis investor.

Berdasarkan data yang ada, secara nasional masih kurang dari setengah persen saja masyarakat yang telah memanfaatkan dananya di modal sebagai pilihan sarana penanaman modal atau investasi.

Kepala Unit Komunikasi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Zylvia Thirda mengatakan masyarakat masih merasa lebih nyaman untuk melakukan kegiatan investasi secara konvensional, diantaranya yang paling populer adalah tanah/properti dan emas.

“Bahkan bagi sebagian masyarakat, masih umum yang mengganggap penempatan dana dalam bentuk deposito di bank sebagai bentuk investasi,” jelasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Lampung yang dikutip dari laman http://lampungprov.go.id, jumlah dana masyarakat Lampung yang tersimpan di Bank dalam bentuk tabungan, giro dan deposito per tahun 2013 tercatat sekitar Rp 28 triliun.

Banyaknya jumlah dana masyarakat, rupanya belum diimbangi dengan pengetahuan berinvestasi yang memadai.

Dari jumlah tersebut, ternyata sektor jasa keuangan belum seluruhnya dikenal dengan baik oleh masyarakat Lampung, termasuk industri pasar modal.

Di provinsi Lampung sendiri, jelasnya dana dalam bentuk deposito jumlahnya cukup besar dibandingkan dengan tabungan.

Berdasarkan data BPS provinsi Lampung per tahun 2013, jumlah deposito telah mencapai sekitar Rp 15 triliun, hampir 2 kali lipat dari jumlah tabungan yang sekitar Rp 8 triliun.

Masih kurangnya pemahaman mengenai pentingnya investasi dan juga keterbatasan informasi maupun sarana yang tersedia untuk melakukan investasi merupakan salah satu kendala utama mengapa masyarakat belum banyak mengenal cara dan pilihan berinvestasi, khususnya investasi di pasar modal.

“Program sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat mengenai investasi di pasar modal merupakan menjadi program rutin yang diselenggarakan secara berkesinambungan, hal ini perlu didukung dengan pengembangan infrastruktur yang mempermudah akses masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal,” ungkapnya

Menurutnya, terobosan terbaru yang telah diimplementasikan KSEI adalah sinergi pasar modal dan industri perbankan melalui kerja sama pengembangan Co-Branding Fasilitas AKSes dengan ATM Bank, salah satunya dengan PT Bank Mandiri (Persero), Tbk.

Program ini merupakan langkah konkrit KSEI dalam membangun infrastruktur bagi masyarakat agar dapat dengan mudah melakukan investasi di pasar modal.

Melalui mesin ATM, investor dapat melakukan pengecekan investasinya di pasar modal berupa saham, ORI dan lainnya yang disimpan oleh Perusahaan Efek di KSEI.

“Kemudahan untuk memantau dan memastikan keberadaan aset investasi di pasar modal ini juga diharapkan dapat menjawab keraguan masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal,” imbuhnya.

Dia menjelaskan masih enggannya masyarakat untuk berinvestasi di pasar karena dianggap tidak nyata atau berwujud diharapkan dapat ditepis, karena seperti halnya dana di bank atau investasi konvensional berupa tanah dan properti,

investasi di pasar modal berupa saham, ORI dan lainnya yang disimpan di KSEI juga jelas dan nyata keberadaannya serta dapat dicek kapan saja secara mudah.

Luasnya jaringan ATM Bank serta kemudahan penggunaannya diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam upaya meningkatkan jumlah investor pasar modal,” tambahnya.

Berdasarkan data KSEI per akhir Oktober 2014, jumlah investor yang login secara nasional hanya sekitar 13% dari sekitar 350.000 investor.

Sementara Ifwanriza, Manager Electronic Banking Bank Mandiri mengungkapkan,

“Kami berkomitmen untuk senantiasa mendukung pasar modal Indonesia, baik dalam mendukung kebijakan dan program dari Regulator, maupun kebutuhan pelaku pasar modal. Apa yang kami lakukan saat ini dengan meluncurkan Co-Branding Bank Mandiri dan AKSes KSEI merupakan wujud nyata Bank Mandiri dalam mendukung secara penuh perkembangan Pasar Modal Indonesia”, imbuhnya.

Berdasarkan data KSEI per 4 November 2014, di kota Bandar Lampung terdapat peningkatan sekitar 13% atau sejumlah sekitar 2.115 investor dibandingkan dengan data di bulan November tahun sebelumnya yang berjumlah sekitar 1.875 investor.

Total nilai aset investor provinsi Lampung di pasar modal berdasarkan data yang ada di KSEI adalah sekitar Rp 391 miliar.

Angka-angka ini tentunya masih sangat kecil dibanding potensi yang ada.

Jumlah investor misalnya masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk Bandar Lampung yang telah mencapai sekitar 8 juta jiwa atau masih kurang dari 1%.

Demikian juga dengan nilai investasi bila dibandingkan dengan dana yang tersimpan dalam bentuk tabungan di bank yang mencapai Rp 28 triliun.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Mendes Marwan: Jangan Kutip Dana Desa

BEKASI-Program dana desa yang mulai digulirkan pemerintah sejak tahun 2015,

Wamen BUMN Minta PGEO Genjot Kinerja Keuangan Usai Raih Rp9,05 Triliun

JAKARTA-Wakil Menteri BUMN, Pahala Nugraha Mansury meminta PT Pertamina Geothermal