Menkeu : Pelemahan Rupiah Tetap Dipantau

Monday 25 Jun 2018, 5 : 20 pm
Menteri Keuangan (Menteri Keuangan) Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan dalam acara Konferensi Pers APBN KiTa (Kinerja dan Fakta) edisi Mei di Aula Djuanda Kementerian Keuangan (17/05)

JAKARTA-Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS harus dilihat dengan tolok ukur mata uang negara lain maupun terhadap dolar AS sendiri. “Karena ini setiap hari ada pemicunya, apakah hari ini Presiden Trump bilang ini, kemudian policy-nya terhadap RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Jadi ini akan terus dinamis, yang akan harus kita terus respons. Tidak harian, tapi kita jaga dari sisi yang disebut jangka menengah panjang,” kata Menteri Keuangan Sri MulyanI, yang pada Senin bersama para pejabat dalam tim ekonomi bertemu dengan Presiden Joko Widodo di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, (25/6/2018).

Menkeu mengatakan selama tahun ini pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bisa berjalan baik dan momentum pertumbuhan ekonomi tetap akan dijaga. “Kita akan melihat banyak sekali segi itu, jadi kita tidak merespons setiap hari, namun kita melakukan apa yang disebut monitoring evaluasi dan reaksinya secara bersama-sama,” katanya.

Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 27 poin menjadi Rp14.113 per dolar AS dari Rp14.086 per dolar AS.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipicu oleh faktor eksternal. “Tekanannya masih dari eksternal karena The Fed berpotensi menaikkan suku bunga lebih agresif,” ujar Reny.

Selain itu, Reny menjelaskan, pasar juga tengah fokus menunggu rilis data Produk Domestik Bruto Amerika Serikat.

Sementara analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji menilai pelemahan rupiah dipicu oleh sentimen perang dagang. “Ini lebih disebabkan oleh sentimen eksternal berupa perang dagang sehingga memicu apresiasi dolar AS terhadap berbagai instrumen mata uang negara-negara lain termasuk rupiah,” ujar Nafan.

Dari dalam negeri, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada dalam risetnya menyatakan rencana Bank Indonesia melakukan relaksasi aturan uang muka Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Loan To Value (LTV) yang saat ini tengah dibahas diharapkan cukup membantu terapresiasinya rupiah meski tipis. “Bank Indonesia yang berencana melakukan relaksasi LTV kembali diharapkan diikuti dengan relaksasi lainnya untuk mengurangi dampak negatif dari kenaikan suku bunga,” ujar Reza.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BI Rilis Ketentuan Insentif Bagi Bank Penyedia Pendanaan untuk Ekonomi Tertentu

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) menerbitkan ketentuan mengenai pemberian insentif kepada bank

Dari Samosir, Toba: Vandiko Menjadi Role Model Milenial

SAMOSIR-Rapat Pleno KPUD Kabupaten Samosir yang digelar pada Minggu (21/03/2021)