Oleh: Emrus Sihombing
Munas Golkar sudah di depan mata. Ada dua kandidat kuat, Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo.
Wacana yang mengemukaka lebih cenderung pada sistem penentuan Ketum lima tahun ke depan – musyawarah atau voting.
Sangat minim memperbincangkan perjuangan politik dan program untuk kesejahteraan kader.
Bahkan perbincangan musyawarah dan voting pun belum membahas secara mendalam dan paripurna manfaatnya bagi eksistensi Golkar minimal lima tahun ke depan.
Saya berpendapat, dalam Munas Golkar awal Desember 2019, jauh lebih baik menggunakan mekanisme musyawarah daripada voting.
Setidaknya ada 14 keuntungan dengan musyawarah:
(1) sesuai dgn budaya demokrasi ke-Indonesia-an,
(2) benar-benar bebasis pada sila ke-empat dari Pancasila dan pembukaan UUD,
(3) memperkecil atau meniadakan polarisasi di internal partai,
(4) mencegah konflik di internal partai,
(5) reputasi Golkar tetap terjaga dengan baik di tengah masyatakat,
(6) memelihara soliditas di internal partai,
(7) mencegah munculnya dua “nakoda”,
Komentari tentang post ini