Nilai Produksi Kecap dan Bumbu Capai Rp 14,3 Triliun

Tuesday 25 Aug 2015, 7 : 41 pm
by
Menperin, Saleh Husin

BEKASI-Industri makanan dan minuman di Indonesia turut menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Pasar yang besar dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa dan pasokan bahan baku lokal mendorong tumbuhnya industri ini. Salah satu subsektor yang terus bergeliat adalah industri produksi kecap dan bumbu.
Menteri Perindustrian (Menperin), Saleh Husin mencatat terdapat 94 unit usaha industri kecap dan 56 unit usaha bumbu masak skala menengah-besar. “Kecap dan bumbu memperkaya Indonesia sebagai surganya kuliner. Nilai produksi kecap Rp 7,1 triliun dan untuk bumbu Rp. 7,2 triliun pada tahun 2014. Jadi totalnya Rp 14,3 triliun,” kata Saleh Husin saat meresmikan pabrik kecap dan bumbu PT Unilever Indonesia Tbk di Bekasi, Selasa (25/8).
Tercatat, serapan tenaga kerja industri kecap sebesar 8.500 orang dan industri bumbu masak 9.700 orang. Sedangkan untuk produk savoury (non MSG) pasarnya tumbuh sekitar 9-10%.
Secara umum, jelasnya, industri makanan dan minuman terus tumbuh. Pada semester I 2015 pertumbuhannya mencapai sebesar 8,46%. “Pertumbuhan industri makanan dan minuman itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri non migas, yang sebesar 5,27% pada periode yang sama,” kata Menperin.
Sementara itu, ekspor produk makanan minuman yang mencapai US$ 2.263,1 juta pada Mei 2015, naik 4,05% bila dibandingkan Mei 2014 yang sebesar US$ 2.175,0 juta.
Menperin juga mengungkapkan kontribusi industri ini terhadap PDB pengolahan non migas menyumban 31,20%. Meski demikian, diakui masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh industri makanan dan minuman. Masalah itu antara lain adanya kekurangan bahan baku dan bahan penolong, infrastruktur yang terbatas, kurangnya pasokan listrik dan gas, dan suku bunga yang tinggi untuk investasi. Dengan melemahnya nilai tukar rupiah akan mempengaruhi biaya produksi industri.
Untuk itu, lanjutnya, Pemerintah Pusat dan Daerah terus mengupayakan berbagai perbaikan di bidang iklim usaha penyediaan bahan baku dari lokal, penyediaan bunga bank yang bersaing, penyediaan insentif perpajakan untuk investasi, perbaikan infrastruktur, penyediaan listrik dan gas dan kebijakan lainnya yang dapat mempercepat pengembangan sektor industri “Untuk menekan impor bahan baku, pemerintah terus mendorong perusahaan menggunakan bahan impor. Di sisi lain, mendorong konsumen mengonsumsi produk lokal agar industri kita kuat,” ujarnya.

Kapasitas 330 Ribu Ton
Pabrik kecap dan bumbu milik Unilever Indonesia ini berkapasitas 330.000 ton per tahun. Nilai investasi mencapai Rp 820 miliar dan dibangun sejak 2013.
Pemerintah berharap berdirinya pabrik ini dapat mendukung pertumbuhan industri makanan dan minuman Indonesia. Menperin mengapresiasi ekspansi Unilever sebagai pembuktian komitmen meningkatkan nilai investasi dan menangkap peluang kebutuhan kecap dan bumbu masak instan. “Kami akan terus meningkatkan investasi dan bekerja sama dengan petani Indonesia dalam memproduksi bahan baku,” kata Unilever Global Chief Supply Chain Officer, Pier Luigi Sigismond.
Tahun ini, Unilever menyiapkan investasi sebesar Rp 1,2 triliun rupiah, termasuk untuk pabrik kecap ini. “Unilever juga akan membangun industri oleokimia di Kawasan Industri Kuala Tanjung-Sei Mangke di Sumut. Investasi yang disiapkan sebesar Rp 2 triliun,” kata Director of Goverment and Corporate Affairs Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Target Rp2 Triliun, Fintech Dilibatkan Dalam Penjualan Sukuk ST-005

JAKARTA-Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meluncurkan investasi berbasis syariah Sukuk Tabungan seri

Masyarakat Toraja Dukung Babe Muhamad dan Mpok Saraswati

SERPONG-Masyarakat Toraja yang berdomisili di Kota Tangerang Selatan berkumpul di