Parlemen Asia Cermati Konsep Kemiskinan Berdasarkan Budaya

Wednesday 4 Jun 2014, 3 : 40 pm
bem.pefe.ui.ac.id

JAKARTA – Masalah kemiskinan menjadi sorotan delegasi Indonesia.

Karena konsep kemiskinan berbeda-beda berdasarkan masing-masing negara.

“Saya mencermati budaya kita punya ukuran kemiskinan sendiri-sendiri,” kata anggota delegasi Indonesia, M Oheo Sinapoy dalam Sidang Standing Committee on Economic Affairs Asian Parliamentay Assembly (APA) di Sasono Mulyo Hotel LeMeridien, Jakarta, Rabu (4/6/14).

Menurut Sinapoy, Indonesia mengusulkan perlu meninjau ulang definisi kemiskinan yang ada saat ini.

Pemahaman tentang miskin perlu dinilai dari konteks budaya masing-masing negara.

“Saya ingin mendorong parlemen anggota APA mendefinisikan ulang apa itu kemiskinan, apa itu kurang uang atau karena rumahnya tidak bagus atau apapun itu,” ujarnya

Lebih jauh Sinapoy menjelaskan warga yang miskin itu bukan karena tidak punya uang.

Tapi miskin karena minimnya akses terhadap pendidikan. Bisa juga jauh dari akses kesehatan.

“Sehingga sering sakit dan tidak dapat bekerja. Masyarakat di Papua misalnya tinggal di Honai, rumah tanpa keramik belum tentu masuk kategori miskin,” ungkap anggota Komisi XI DPR F-Partai Golkar.

Sementarea itu, anggota delegasi Indonesia Evita Nursanty mendukung usulan ini.

“Saya rasa usulan itu baik selama ini kita terpaku dengan standar kemiskinan yang ditetapkan dengan parameter barat bukan Asia,” paparnya.

Apabila APA dapat mengoreksi definisi kemiskinan itu maka jumlah penduduk miskin yang menurut Bank Dunia mencapai 900 juta jiwa akan dapat dikoreksi.

Don't Miss

IHSG, bursa saham, sekuritas

Laju IHSG Diprediksi Kembali Tertekan, Pilih Saham Rekomendasi Analis

JAKARTA-Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini

CAR Perbankan Tercatat Sebesar 24,26%

JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat permodalan lembaga jasa keuangan juga