Pasok Valas ke BUMN Melalui Mekanisme Pasar

Friday 15 Feb 2013, 10 : 44 am
by

JAKARTA- Bank Indonesia (BI) tidak akan memasok langsung valuta (valas) asing kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), baik itu PLN dan Pertamina, kendati kebutuhan valas mereka  sangat besar.  Namun pemenuhan kebutuhan valas bagi BUMN tersebut tetap melalui mekanisme pasar. “Tidak. Tidak langsung. Kita tidak bisa langsung memasok dollar AS kita ke perusahaan. Tidak bisa,” kata  Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah ketika ditemui di kompleks BI, Jakarta, Jumat (15/2).

Penegasan Halim ini sekaligus membantah informasi yang berkembang bahwa  BI memasok valas langsung ke BUMN seperti yang pernah disampaikan Meneg BUMN, Dahlan Iskan sebelumnya. Dahlan Iskan mengakan telah menginstruksikan PT Pertamina dan PT PLN untuk tidak membeli dolar di pasar uang, untuk kebutuhan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).
Dahlan mengatakan, keputusan tersebut sesuai kesepakatannya dengan Gubernur BI, Darmin Nasution.   Upaya itu dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terganggunya pasok valas di pasar akibat permintaan yang besar dari perusahaan-perusahaan tersebut.
Halim mengaku,  memang ada perusahaan-perusahaan tertentu yang kebutuhan valasnya besar. Namun, pasokan maupun permintaan valas tetap harus melalui mekanisme pasar. “Tidak langsung ke BI,” jelas dia.

 “Kalau ada permintaan besar, kita akan kita lihat supply and demandnya. Kalau memang cukup, kita tidak supply, kalau memang kurang kita supply. Tidak harus Pertamina. Kalau ada permintaan besar, kita sediakan. Yang jelas kita menjamin likuiditas pasar,” tegas Halim.

Halim menambahkan, BI selalu memantau pasar untuk memastikan terjaminnya likuiditas. “Permintaan perusahaan-perusahaan besar itu biasanya kita tahu, kita lihat, dan kita memberikan supply kita,” jawab dia.

Selama ini, Pertamina mempercayakan pengadaan dolarnya kepada tiga bank BUMN, seperti Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Bank-bank tersebut yang kemudian mencari dollar AS di pasar uang.

Lebih lanjut, Halim memastikan BI tidak memasok langsung valas kepada perusahaan-perusahaan. “Saya ulangi, kita  tidak menyedikan valas secara langsung ke perusahaan. Dalam memantau kebutuhan pasar tentu kita tahu mana perusahaan-perusahaan yang biasanya kebutuhannya besar. Nah untuk itu kita selalu menyediakan. Tetapi tetap melalui pasar, apakah itu untuk Pertamina, PLN dan lainnya,” tutup dia.

Sejauh ini kebutuhan valas Pertamina masih merupakan yang terbesar dibanding BUMN lainnya, karena dalam operasionalnya perusahaan itu menggunakan mata uang asing dalam hal ekspor-impor.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hamid Awaluddin: Hanya Kritik Mampu Menjaga Demokrasi Tetap Hidup

JAKARTA-Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Hamid Awaluddin, mengatakan hanya

Pertumbuhan Kredit dan Sektor Riil

Oleh : Prof.Firmanzah.,PhD, Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan