Pemerintah Diminta Kreatif Genjot Penerimaan Cukai

Tuesday 22 Sep 2015, 3 : 14 pm
by

JAKARTA-Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dituntut untuk melakukan ekstensifikasi dalam mengejar penerimaan negara dari sektor cukai. Apalagi di tengah perlambatan ekonomi seperti saat ini target penerimaan negara dari cukai dipastikan bakal menurun. Maklum saja, hingga kini 95 persen penerimaan cukai masih dari rokok. “Di sektor cukai kemungkinan besar tidak akan dapat mencapai target sebesar Rp120  triliun. Itu pun paling besar rokok, makanya harus bisa menggenjot sumber-sumber lain dari cukai,” kata Ketua Komisi XI DPR, Fadel Muhammad dalam acara diskusi dan bedah buku Reformasi Cukai, di Jakarta, Selasa (22/9).

Selain rokok, Fadel menyarankan agar pemerintah dapat memaksimalkan sumber-sumber cukai lain seperti produk kesehatan, makanan mengandung banyak gula, produk minuman beralkohol, produk lingkungan hidup dan lainnya.

Hingga semester I-2015 penerimaan cukai memang jauh dari target. Dari target yang dipatok di APBNP 2015 sebanyak Rp195 triliun baru terkumpul Rp77,5 triliun. Dengan rincian Rp60,1 triliun dari cukai, Rp15,4 triliun dari bea masuk dan Rp2 triliun dari bea keluar.

Apalagi di level ASEAN bakal ada kebijakan untuk mengurangi hambatan non tarif di sektor kepabeanan masing-masimg negara sehingga bakal berdampak pengurangan pendapatan dari bea dan cukai. Untuk itu pemerintah harus kompetitif dan berbenah diri. Antara lain dengan meningkatkan dari sektor IT. “IT ini menjadi penting. Tak hanya di cukai juga di pahak. Apalagi dengan IT yang jelek banyak kebocoran uang negara dari sektor PPN dari konsumsi masyarakat baik di restoran mau pun toko swalayan,” papar dia.

Terkait hal itu, ia menuturkan, selama ini pajak PPN dari konsumsi masyarakat di reatoran atau toko swalayan diakumulasi per lima tahun. Tapi begitu terkumpul banyak, mereka bisa kongkalikong dengan pejabat pajak. Tapi jika IT dibenahi, mereka bisa langsung setor ke DJP.

Di tempat yang sama, pengamat ekonomi dari INDEF Enny Sri Hartati menyebutkan,  pemerintah perlu melakukan ekstensifikasi cukai ke sektor lain, karena selama ini dengan tarif tinggi yang mencapai 23 persen di tahun ini faktanya penerimaan cukai masih jauh dari target. “Cukai itu instrumen yang tdk hanya utk penerimaan tapi juga sebagai instrumen untuk pengendalian. Tapi di sisi lain rokok juga terkait dengan penyeraoan tenaga kerja. Jadi pemeribtah harus kreatif menggenjot penerimaan negara dari cukai ini,” papar dia.

Enny melihat dengan kondisi saat ini, susah untuk mencapai target cukai di 2015. Tapi di tahun kebijakan pemerintah soal tarif cukai sangat ditunggu agar bisa mengoptimalisasi penerimaan negara. “Makanya langkah ekstensifikasi itu penting. Selain cukai rokok jg perlu cukai utk makanan yg mengandung gula, yang kadarnya tinggu, minuman yg beralkohol, juga harus kenai tarif tinggi terhadap barang mewah. Ini untuk menjaga aspek keadilan ditengah kesenjangan yg tingggi itu perlu jg kena tarif inggi. Juga terhadap berlian,” paparnya.

Apalagi saat ini cukai itu didominasi dari produk rokok sebanyak 95 persen. Kalau di negara lain banyak yang mengandalkan dari minuman beralkohol. (TMY)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Zuhairi: Isu Agama Digunakan Untuk Jatuhkan Ahok

JAKARTA-Intelektual Muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi menilai isu agama

PPP Resmi Usung Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel

TANGERANG-Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), resmi mengusung