Pemerintah Harus Waspada Tetapkan Harga BBM April

Monday 28 Mar 2016, 2 : 49 pm
by
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean

JAKARTA-Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean meminta pemerintah agar waspada menetapkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) periode April 2016. Sebab, resiko besar akan terjadi ketika menjelang lebaran harus naik seperi harga meroket dan inflasi akan tinggi. “Kasihan rakyat nanti pada saat lebaran harus dihadapkan pada harga bahan pokok yang melambung. Sebaiknya pemerintah jangan ceroboh lagi. Kestabilan harga lebih penting bagi publik daripada sekedar ngikuti trend fluktuasi harga minyak,” ujar Ferdinand dalam keterangannya di Jakarta, Senin (28/3).

Seperti diketahui, bulan April 2016 mendatang, akan ada evaluasi harga jual BBM, bila mengacu pada rata rata harga Mean of Platts Singapore  (MOPS) bulan Januari- Maret 2016 maka harga jual BBM akan bisa diturunkan bahkan lebih dari Rp.1000/liter.

Namun demikian, dia meminta pemerintah lebih bijaksana dalam menentukan harga. Untuk itu, pemerintah sebaiknya menggunakan pertimbangan kestabilan harga daripada memasuki harga pasar yang tidak menentu.

Melihat trend harga minyak dunia, maka bulan puasa dan lebaran nanti harga BBM harus naik karena rata rata harga crude cenderung dikisaran USD 40 / barel. Beda sekali dengan Januari-Maret 2016 yang jatuh terendah diangka USD 27/barel. “Sangat beresiko bila pemerintah menurunkan harga BBM terlalu jauh pada april mendatang,” terangnya. Menurutnya, resikonya nanti akan berdampak besar ketika harga harus naik jelang lebaran. Hal ini akan sangat memukul daya beli masyarakat.

Lalu kenapa pemerintah lebih baik tidak menurunkan harga BBM sesuai harga keekonomian?

Ferdinand melihat ada beberapa faktor yang sangat vital bagi kestabilan pasar. Pertama, penurunan harga BBM belum berdampak pada penurunan harga bahan bahan pokok dipasar. Kedua, penurunan harga BBM ditengah kemampuan daya beli masyarakat yang sudah nyaman dengan harga sekarang tidak perlu diganggu. Ketiga, bisnis Pertamina terutama penjualan BBM lainnya seperti Pertalite dan Pertamax akan terganggu karena harga cukup jauh selisihnya, sementara Pertamina harus mensubsidi silang hulu yang hampir pasti rugi ditengah anjloknya komoditas ini. Keempat, hasil keuntungan harga jual BBM sekarang bisa ditempatkan pada pos dana stabilisasi harga ketika harga minyak harus naik jelang lebaran. Sehingga pada saat harus naik, maka harga BBM tidak perlu dinaikkan karena sudah ada dana bantalannya, dengan demikian tidak terjadi lonjakan harga yang tidak terkendali jelang lebaran. Kelima, keuntungan Pertamina juga bisa digunakan untuk pengembangan energi baru. “Kelima alasan utama diatas harus menjadi pertimbangan serius bagi pemerintah untuk kaji harga BBM periode April. Kami sarankan Premium turun maksimal Rp 500/liter, jangan lebih dari itu, atau ditetapkan flat diangka Rp 7000/liter lebih rasional. Harga ini tidak akan berubah hingga akhir tahun,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Peluncuran Buku “Realizing Indonesia’s Economic Potential” yang diselenggarakan Bank Indonesia bekerjasama dengan Dana Moneter Internasional (IMF)

BI Luncurkan Laporan Akuntabilitas Tahun 2020

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) meluncurkan Laporan Akuntabilitas Tahun 2020 yang terdiri

Setahun Jokowi-JK, Ternyata Kesejahteraan Rakyat Memburuk

JAKARTA-Hasil survey Indobarometer menunjukkan selama satu tahun era kepemimpinan Presiden