Pemerintah Komit Jaga Kedaulatan Pangan Indonesia

Wednesday 27 Aug 2014, 8 : 29 pm
by

NAY PYA TAW-Upaya pemerintah dalam menjaga kedaulatan pangan Indonesia tidak main-main. Dalam pertemuan ASEAN Economic Minister’s Meeting (AEM) ke-46 di Nay Pyi Taw, Myanmar, yang diawali pertemuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) Council ke-28, pemerintah berhasil mendapatkan persetujuan dari seluruh negara ASEAN atas permohonan perpanjangan waiver untuk komoditas beras dan gula selama periode 2014-2015. ”Beras dan gula merupakan komoditas Indonesia yang sensitif dan strategis dan belum saatnya menurunkan tarif impor kedua komoditas tersebut. Pemerintah berupaya untuk menjamin ketahanan dan kedaulatan pangan Indonesia, khususnya beras dan gula dalam hal ini, yang sedang dalam proses pengembangan yang berkesinambungan,” ungkap Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, di Nay Pyi Taw beberapa waktu lalu.

Mendag Lutfi bersama para Menteri Ekonomi ASEAN menghadiri pertemuan AEM ke-46 dan pertemuan-pertemuan terkait lainnya pada 25-28 Agustus 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Tahun ini merupakan tahun keketuaan Myanmar di ASEAN. Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN tahun ini merupakan pertemuan penting untuk memastikan kesiapan ASEAN memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015. Delegasi Indonesia dalam seluruh rangkaian pertemuan dipimpin secara langsung oleh Mendag Lutfi.

Pada kesempatan ini, Indonesia juga menyatakan keberatannya untuk semakin meliberalkan ketentuan keterangan asal barang impor sehubungan dengan keinginan beberapa negara anggota ASEAN untuk menghapus nilai free on board (FOB) untuk barang yang mengandung kandungan lokal ASEAN (RVC 40%) karena hal tersebut masih diperlukan untuk memenuhi kriteria asal barang.

Pertemuan Menteri Ekonomi ini dimulai dengan membahas berbagai isu di bidang perdagangan barang, di antaranya isu penting dan sensitif Indonesia yakni imbauan kepada Indonesia untuk membuka pasar minuman beralkohol, beras, dan gula bagi negara-negara ASEAN lainnya.

Mendag secara tegas menyatakan ketidaksediaannya membuka pasar ketiga produk tersebut untuk beberapa tahun ke depan, bahkan untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Hal ini dikarenakan minuman beralkohol kental dengan isu moral (moral hazard). “Indonesia tidak akan menurunkan tarif impor minuman beralkohol karena alasan moral mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim,” tegas Mendag Lutfi.

Sementara itu, para Menteri Ekonomi ASEAN menyambut positif perkembangan implementasi penurunan tarif yang mencapai 99,2% untuk ASEAN 6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) dan 97,5% dengan kisaran tarif 0%-5% untuk negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam).

Para Menteri juga mencatat berbagai perkembangan dalam penghapusan kebijakan nontarif, implementasi self-certification, pembentukan ASEAN Trade Repository, ASEAN Single Window, serta perkembangan standard dan kesesuaian.

Sedangkan hasil pertemuan ke-18 ASEAN Investment Area (AIA) Council ditandai dengan persetujuan para Menteri Ekonomi ASEAN untuk menandatangani ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA). Pada Pertemuan ini, Indonesia dipimpin oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKM) Mahendra Siregar.

Pertemuan dilanjutkan dengan AEM Plenary Meeting ke-46. Para Menteri menyambut positif penyelesaian Paket ke-9 dari ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS). Isu lain yang dibahas adalah perkembangan kerja sama di sektor UKM, Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), persaingan usaha, perlindungan konsumen, serta perkembangan public-private sector engagement.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Kongres Wanita Katolik RI  Lahirkan Trio Pemimpin Baru

JAKARTA-Tiga pemimpin baru Wanita Katolik RI (WKRI) dikukuhkan pada hari

Soal Raperda PKR, Masyarakat Depok Siap Lakukan Judicial Review

JAKARTA-Raperda inisiatif tentang Penyelenggaraan Kota religius (PKR) usulan Pemerintah Kota Depok yang mengatur