Pemuda Katolik Ingatkan Bahaya Jelang Pemilu

Wednesday 18 Jun 2014, 2 : 20 pm
by

JAKARTA-Ketua Umum Pemuda Katolik, Agustinus Tamo Mbapa meminta perhatian seluruh elemen bangsa, baik penyelenggara pemilu, kandidat capres-cawapres serta para pemilih agar mencermati sejumlah persoalan yang bakal terus muncul menjelang pemilu presiden 9 Juli nanti. Hal ini sangat penting meningat publik sangat sensitif dan mudah terprovokasi. “Karena itu independensi penyelenggara pemilu sangatlah penting. Kila belajar dari kasus Pileg 9 April lalu, dimana terjadi banyak pelanggaran,” kata Agustinus saat menjadi narasumber dalam diskusi “Pilpres dan Problematikanya,” yang di Galeri Café, Cikini, Jakarta Pusat Selasa (17/6).

Diskusi ini yang digelar Bidang Kepemudaan dan Politik Pengurus Pusat Pemuda Katolik menghadirkan  3 pembicara, antara lain Agustinus Tamo Mbapa , Karyono Wibowo dari Indonesia Public Institute dan Hanta Yudha dari Pol Tracking Institute. Sementara moderator adalah Ardy Susanto, Bendahara Umum Pemuda Katolik.

Gustaf demikian sapaan Agustinus meminta publik bersikap waspada terhadap berbagai praktek curang dalam pemilu. Praktek kecurangan pemilu yang paling menonjol selama ini adalah politik uang dan intimidasi. “Politik uang menjadi masalah akut yang berpotensi bakal marak terjadi. Sejumlah indikasi sudah mencuat. Ini membutuhkan pengawasan dari semua pihak, terutama penyelenggara pemilu. Mereka harus aktif mencegah,” jelasnya.

Sementara itu, pengamat politik Indonesia Public Institute, Karyono Wibowo mengatakan, bahaya lain adalah kampanye hitam atau black campaign. “Berbeda dengan kampanye negatif, yang menyerang pihak lawan dengan dasar fakta, kampanye hitam menyerang lawan dengan fitnah. Ini berbahaya bagi demokrasi kita,” katanya.

Ia mencontohkan munculnya tabloid Obor Rakyat akhir-akhir ini yang menyerang Joko Widodo. Hal ini merupakan salah satu bentuk propaganda yang sengaja dibangun untuk menjatuhkan popularitas dan elektabilitas Jokowi. “Jika sejumlah persoalan ini tidak diantisipasi maka bisa menimbulkan terjadinya konflik horisontal di kalangan masyarakat,” ucapnya.

Ditempat yang sama,  pengamat politik The Pol Tracking Institute, Hanta Yudha menjelaskan, ada tiga faktor yang akan berpengaruh menentukan siapa kandidat yang bakal keluar sebagai pemenang. “Pertama adalah soal figur. Belajar dari Pemilu 2004 misalnya, suka atau tidak suka, figur SBY saat itu sangat menonjol. Itu yang menentukan ia menjadi pemenang. Dalam pemilu kali ini, banyak pemilih akan menentukan pilihan berdasarkan kesan mereka terhadap setiap figur capres,” urainya.

Faktor kedua katanya mesin politik partai dan efektivitas strategi kampanye, baik lewat serangan udara yaitu lewat opini publik dan iklan serta serangan darat lewat strategi para relawan. “Sementara faktor ketiga terkait kecermatan membaca perilaku pemilih,”jelasnya.

Karena itu, dia meminta tim kampanye masing-masing kandidat harus bisa mengadapatasikan strategi kampanye sesuai dengan situasi yang dialami pemilih.

Sedangkan Ketua Bidang Kepemudaan dan Politik Pemuda Katolik Frederikus Lusti Tulis menegaskan akan mendelegasikan pilihan kepada masing-masing anggota. “Silahkan memilih berdasarkan suara hati masing-masing. Kami mengikuti seruan Surat Gembala Konferensi Waigereja Indonesia yang meminta seluruh umat katolik menentukan pilihan masing-masing. Kita netral. Kalaupun ada kader Pemuda Katolik yang menyatakan dukungan pada capres tertentu maka itu sebagai pilihan pribadi, bukan mewakili organisasi,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Pasar Masih Dibayangi Ketidakpastian Stimulus Tambahan AS

Oleh: Katarina Setiawan Pasar saham dan obligasi Indonesia melemah di

Reses, GKR Hemas Terima Keluhan Kawanan Kera Turun dari Merapi

SLEMAN-Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) asal DI Yogyakarta