Pengguna e-Money Cuma 4%

Wednesday 2 Oct 2013, 6 : 17 pm
Ilustrasi

JAKARTA-Penggunaan e-money di Indonesia tampaknya belum begitu memasyarakat. Padahal manfaatnya sangat banyak, misalnya bisa menekan uang palsu. “Tapi penggunaan e-money masih sedikit, masih di bawah 4%, ini yang harus sama-sama kita dorong,” kata Deputi Bank Indonesia (BI), Ronald Waas di Jakarta, Rabu, (2/10).

Menurut Ronald, Bank Indonesia (BI) terus mendorong penggunaan e-Money di masyakarat, karena manfaatnya sangat banyak terutama dapat menekan peredaran uang palsu.

“Saat ini peredaran uang palsu dapat tersebut ditekan, salah satunya karena perkembangan e-Money,” ungkapnya.

Rasio uang palsu saat ini mencapai 5 lembar dari 1 juta lembar. “Saat ini rasio uang palsu 5 lembar dari 1 juta lembar, sedangkan tahun lalu mencapai 8 lembar dari 1 juta lembar,” tambahnya.

Diyakini Ronald, penggunaan e-Money jauh lebih aman dan efisien. Apalagi uang tunai itu sangat mahal untuk biaya pembuatannya. “Produksi uang tunai dan penanganan uang tunai sangat mahal, dengan e-Money ini sangat efisien,” cetusnya.

“Bukan cuma itu, pelaku kejahatan perbankan bisa dengan mudah terlacak. “Selain itu jauh lebih aman, jika ada pelanggaran tindak pidana sangat gampang dilacak karena datanya terekam dimana transaksinya,” tukasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Boedi Armanto, mengakui penerapan e-money di Indonesia termasuk terlambat dibanding negara lain, seperti Hong Kong dan Singapura. “E-money dikenalkan sejak 2007, sedangkan di Hong Kong pada 1997 dan Singapura pada 2000,” jelasnya.

“Dengan kondisi infrastruktur di Indonesia, Boedi melanjutkan, dibutuhkan waktu cukup lama agar masyarakat terbiasa menggunakan e-money. Budaya masyarakat yang terbiasa bertransaksi secara tunai akan menjadi tantangan tersendiri.

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, BI telah mengeluarkan ketentuan transaksi dengan e-money. Penggunaan e-money ini juga akan akan memudahkan masyarakat, karena tak perlu lagi membawa uang tunai.

“Bertransaksi menggunakan e-money cukup aman, karena sudah menggunakan teknologi yang memperhatikan standardisasi seperti penggunaan chip,” ujarnya.

Transaksi e-money dari waktu ke waktu terus meningkat. Boedi memaparkan, transaksi e-money pada 2009 sebanyak 48 ribu kali senilai Rp1,4 miliar per hari. Pada 2010 naik menjadi 73 ribu transaksi dengan nilai Rp1,9 miliar. Pada 2011, transaksi kembali meningkat mencapai 112 ribu transaksi dengan nilai Rp2,7 miliar.

“Per Juli 2012, transaksi mencapai 243 ribu dengan nilai Rp4,7 miliar per hari,” pungkasnya. **can

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

pertumbuhan penerbitan sukuk global selama Kuartal II-2021 didukung oleh peningkatan minat investor untuk menempatkan modal di instrumen suku, adanya kebutuhan refinancing dan diversifikasi pendanaan yang dilakukan oleh emiten.

Fitch: Tren Turun Harga CPO Asia Bakal Berlanjut ke Semester II-2021

JAKARTA-Fitch Ratings Singapore Pte Ltd memperkirakan, harga minyak sawit mentah

Laksdya Amarulla Diminta Megawati Bisa Tata BRIDA

JAKARTA-Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati