JAKARTA-Anjloknya rupiah berdampak negatif, termasuk para produsen tahu-tempe yang menjerit kesulitan.
Karena bahan baku utama dari kedelai impor asal Amerika Serikat.
“Permasalahan tahu tempe ini disebabkan karena posisi melemahnya rupiah terhadap dollar AS, para eksportir berteriak kesenangan. Importir berteriak karena kesulitan,” kata Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan di Jakarta, Selasa,(27/8).
Menurut Syarief Hasan, eksportir asal negeri Paman Sam sedang bergembira karena dolar AS menguat di pasar global.
Namun hal ini membuat importir dalam negeri kesusahan mengimpor kedelai.
Lebih jauh kata Syarief, ekspor dan impor adalah hal yang terkait.
Meski harga kedelai naik, negara masih harus mengimpor karena kedelai menjadi kebutuhan pangan masyarakat.
“Kita bukan selalu ekspor yang diutamakan, tapi kita juga boleh impor. Dunia saling membutuhkan,” paparnya.
Syarief Hasan menjelaskan situasi harga tahu-tempe melambung tingi, merupakan dampak dari perekonomian negara saat ini.
Resikonya para importir harus mengeluarkan anggaran lebih besar untuk mendapatkan tambahan pasokan.
“Harga ekspor di Amerika semakin tinggi, akibatnya cost kedelai bertambah, akhirnya jatuh kepada industri. Ini gejala ekonomi secara makro,” imbuhnya.