JAKARTA-PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melaba US$873,83 juta (US$0,02823 per saham) pada Januari-Juni 2023, turun 27,94% jika dibandingkan US$1,21 miliar (US$0,03900 per saham) pada periode yang sama 2022.
Menurut laporan keuangan per Juni 2023 yang dipublikasikan Rabu (23/8), pendapatan ADRO turun 1,75% jadi US$3,47 miliar pada Januari-Juni 2023, dari US$3,54 miliar pada Januari-Juni 2022.
Penurunan laba ADRO antara lain dipicu oleh harga jual rata-rata batubara yang anjlok 18% selama semester I 2023.
Selain itu, kemerosotan laba ADRO juga disebabkan oleh peningkatan beban pokok pendapatan sebesar 34,08% menjadi US$2,03 miliar pada Januari-Juni 2023 dari US$1,52 miliar pada Januari-Juni 2022.
Akibatnya, laba kotor ADRO anjlok 28,58% jadi US$1,44 miliar, dari US$2,02 miliar pada Januari-Juni 2022.
Beban usaha emiten batubara itu juga melonjak 68,16%, dari US$143,09 juta pada Januari-Juni 2022, menjadi US$240,64 juta pada Januari-Juni 2023.
Hal ini menyebabkan laba usaha emiten batubara beraset US$9,73 miliar per Juni 2023 itu turun 37,68% jadi US$1,17 miliar, dari US$1,89 miliar pada Januari-Juni 2022.
Kinerja keuangan yang cenderung turun ikut berimbas terhadap harga saham Perseroan di bursa.
Pada perdagangan saham di BEI periode 30 Desember 2022 sampai dengan 22 Agustus 2023, harga saham ADRO turun sebesar 26%. (ANES)
Komentari tentang post ini