Peran Korporasi dan Individu Dalam Beralih ke Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Sunday 20 Sep 2020, 12 : 25 am
by
Ilustrasi

JAKARTA-Berdasarkan penelitian independen yang dilakukan NASA dan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), tahun 2019 merupakan tahun terpanas kedua dengan suhu rata-rata global sebesar 1,8 derajat Fahrenheit atau setara dengan 0,98 derajat Celcius, sangat meningkat jika dibandingkan dengan suhu rata-rata global di abad ke-20.

Hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca dan emisi karbon yang naik 2% dari tahun 2018. Peningkatan angka emisi karbon tersebut yang tercepat selama tujuh tahun terakhir.

Perubahan iklim bumi yang semakin tidak menentu dan pemanasan global yang semakin parah telah memanggil aktivis lingkungan untuk segera mengambil aksi.

Namun, aktivis lingkungan saja tidak cukup, dibutuhkan lebih banyak individu dan badan usaha yang sadar akan kesehatan bumi.

Perubahan ke gaya hidup yang lebih ramah lingkungan telah banyak diterapkan oleh individu untuk membantu menyelamatkan bumi.

Sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan, Bank DBS Indonesia percaya bahwa tidak hanya individu, namun korporasi juga memiliki peran penting dalam mendukung berjalannya gaya hidup ramah lingkungan.

Dalam acara bersama Inspigo yang bertajuk “Shift Happens – Simple Step to Shift into Sustainable Lifestyle”, Bank DBS Indonesia berbagi bagaimana korporasi khususnya industri perbankan berpartisipasi dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, serta memberikan dampak sosial terhadap masyarakat.

Sejak awal berdiri, Bank DBS merupakan bank yang mementingkan perkembangan (development) dengan memegang prinsip ESG, yaitu Environmental, Social, dan Governance. Kata ‘social’ dalam ESG, telah Bank DBS tanamkan sejak dahulu dan diimplementasikan dengan kepeduliannya perusahaan terhadap karyawan, konsumen, serta lingkungan.

Sejak tiga tahun lalu, Bank DBS mulai menerapkan agenda sustainability dengan membentuk sustainability council di seluruh market Bank DBS di Asia.

Sebagai bank komersial, Bank DBS sadar akan risiko sosial dan lingkungan yang mungkin ditimbulkan dalam menggerakkan ekonomi.

Agenda sustainability tersebut diformulasikan sebagai dasar dari tanggung jawab Bank DBS sebagai korporasi dan dengan harapan dapat meminimalisir risiko sosial dan lingkungan.

Tiga pilar yang dipegang oleh Bank DBS dalam menerapkan sustainability adalah responsible banking, responsible business practices, dan creating social impacts.

Dalam menjalankan responsible banking, Bank DBS bersedia membantu individu atau suatu bisnis yang hendak menerapkan prinsip ESG dalam bisnis mereka.

“Bank DBS memiliki program yang disebut special interest, di mana Bank DBS akan memberikan loan atau pinjaman kepada suatu bisnis yang ingin beralih ke usaha yang lebih ramah lingkungan, seperti mengurangi jejak karbon dalam bisnisnya. Tidak hanya bisnis yang ramah lingkungan, namun bisnis yang mampu memberikan dampak sosial terhadap masyarakat, atau yang biasa kami sebut wirausaha sosial, Bank DBS akan bantu,” ujar Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing and Communications, PT Bank DBS Indonesia.

Usaha Bank DBS Indonesia yang lain dalam menjalankan agenda sustainability adalah menjalankan praktik bisnis yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, yaitu dengan mengelola sampah di kantor Bank DBS.

Kegiatan ini dilakukan oleh Bank DBS Indonesia dengan bekerja sama dengan wirausaha sosial agar sampah-sampah dari kantor Bank DBS Indonesia dapat terdaur ulang dengan baik.

Bekerja sama dengan wirausaha sosial juga merupakan bentuk usaha Bank DBS untuk menciptakan dampak sosial yang baik.

Melalui DBS Foundation yang didirikan sejak 2004, Bank DBS berupaya untuk membantu para wirausaha sosial agar dapat mengembangkan kesejahteraan dan memberikan dampak sosial lebih besar terhadap masyarakat dengan memberikan program dana hibah setiap tahunnya.

“Semakin banyak wirausaha sosial yang muncul, semakin banyak pula masalah sosial yang bisa ditangani,” jelas Mona.

Ia melanjutkan, “Kita juga membantu para pengusaha ini; startup, dan perusahaan lain, untuk mengembangkan ekonomi di Indonesia sekaligus mengatasi masalah sosial.”

Selain mengelola sampah di gedung kantor, Bank DBS Indonesia juga menginisiasi gerakan #MakanTanpaSisa yang merupakan kelanjutan dari kampanye Live more, Waste less.

#MakanTanpaSisa adalah gerakan dengan tujuan mengurangi sampah makanan dan merupakan sebuah upaya untuk menyebarkan kebaikan kepada mereka yang mengalami kesulitan mendapatkan makanan dan asupan nutrisi yang baik akibat pandemi.

“Kalau soal lingkungan banyak orang yang hanya berpikir tentang pemakaian plastik yang berlebihan. Satu hal yang mereka tidak sadari, sampah sisa makanan yang dibuang akan menumpuk dan akan menghasilkan gas metana yang pada akhirnya memperburuk pemanasan global, berangkat dari kepedulian inilah kami menginisiasi gerakan ini,” jelas Mona.

Dalam kesempatan yang sama, hadir pula penyanyi kenamaan Andien Aisyah, figur yang aktif menyuarakan gerakan sustainability atau ramah lingkungan, sebagai pembicara.

Andien, yang sekarang menjalankan gaya hidup sebagai seorang vegan, menganggap mengubah gaya hidupnya yang lama menjadi lebih ramah lingkungan tidaklah mudah.

Dibutuhkan konsistensi dan kesadaran dari diri sendiri bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja dan jika dibiarkan akan terus memperparah keadaan.

“Setiap orang harus memiliki collective consciousness atau kesadaran kolektif, yaitu di mana satu orang sadar apa yang ia lakukan sangat berdampak baik dan besar bagi lingkungan. Hal ini tentu bisa membawa perubahan besar jika dilakukan secara bersama-sama,” ujar Andien.

Selain menjadi vegan, Andien juga mendukung sustainable fashion yang membawanya mendirikan Yayasan Setali bersama teman-temannya dengan misi untuk mengurangi konsumsi fast fashion.

Yayasan Setali sendiri mengumpulkan pakaian-pakaian yang sudah tidak terpakai untuk dijual kembali yang kemudian hasilnya didonasikan.

Dalam kesempatan yang sama, Andien juga menyampaikan bahwa Yayasan Setali telah bekerja sama dengan Bank Sampah Bersinar dalam mengelola baju-baju reject atau yang tidak lolos kurasi.

Baju-baju tersebut diberikan kepada pemulung untuk mereka jual lagi atau pakai.

Di samping itu, Yayasan Setali juga mendaur ulang atau upcycling baju-baju reject mereka untuk terus menjalankan proses sustainability dan mendukung circular fashion.

“Aku banyak sekali menggali ke dalam diri, sehingga aku bisa tidak merasa fulfillment aku ada pada barang atau sesuatu yang bentuknya materi,” tutup Andien.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Sektor IKM mempunyai peran yang cukup strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional pada era pandemi saat ini.

Pemerintah Dorong Sektor Industri Masuki Wajib Produk Halal 2024

JAKARTA-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong sektor industri siap memasuki pasar

Bekraf Gelar Workshop Pengelolaan Keuangan Syariah untuk UKM Kreatif

JAKARTA-Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyelenggarakan kegiatan workshop “Permodalan dan Pengelolaan