BI: Perlu Ada Kebijakan Moneter Yang Longgar

Thursday 11 Oct 2012, 11 : 42 am
by
Gubernur BI, Darmin Nasution

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mengakui perlu ada kebijakan moneter yang longgar untuk mempercepat pemulihan ekonomi global.

Hal ini semata-mata demi memancing capital inflow ke negara-negara berkembang.

“Kondisi tersebut mendorong otoritas di berbagai negara untuk menempuh kebijakan yang lebih longgar untuk mendorong pemulihan ekonomi. Langkah ini telah menimbulkan sentimen positif di pasar keuangan global, termasuk arus modal asing ke negara-negara emerging,” kata Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution di Jakarta,11/10

Darmin menilai perekonomian global cenderung tumbuh lebih lambat dari perkiraan dan masih dibayangi dengan ketidakpastian. Pemulihan ekonomi AS masih rentan, sementara ekonomi Eropa masih mengalami kontraksi seiring krisis yang masih berlanjut.

“Di sisi lain, perekonomian China dan India juga diperkirakan semakin menurun. Inflasi global secara umum juga relatif moderat, sejalan dengan harga komoditas dunia yang masih cenderung turun,” tambahnya

Dewan Gubernur menilai perekonomian domestik masih tumbuh cukup baik walaupun tidak setinggi prakiraan semula.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2012 diprakirakan sebesar 6,3%, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya akibat penurunan kinerja sektor eksternal.

Meskipun konsumsi dan investasi yang berorientasi permintaan domestik tetap tumbuh tinggi, penurunan ekspor telah berdampak pada penurunan produksi dan investasi yang berorientasi ekspor.

Ke depan, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh permintaan domestik yang cukup kuat dan potensi membaiknya ekspor meskipun masih dibayangi oleh ketidakpastian perekonomian global.

“Hal tersebut juga didukung oleh masih cukup kuatnya sumber pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Jawa. Dengan perkembangan tersebut, ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2012 dan 2013 masing-masing diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,1%-6,5% dan 6,3%-6,7%,” ungkapnya

Dari sisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2012 diprakirakan mengalami surplus, didukung oleh membaiknya transaksi berjalan dan lebih besarnya surplus pada transaksi modal dan finansial.

Defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2012 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan II-2012.

Hal itu terindikasi dari neraca perdagangan pada bulan Agustus 2012 yang tercatat mengalami surplus.

Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial diprakirakan meningkat seiring dengan aliran masuk modal portofolio yang cukup besar dan aliran masuk investasi langsung (FDI) yang tetap tinggi.

“Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir September 2012 meningkat dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya, yaitu mencapai US$ 110,2 miliar atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah,” pungkasnya. **

Don't Miss

LaNyalla: Warga Jatim Jangan Perkeruh Konflik Khofifah-Risma

JAKARTA–Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti turut angkat bicara terkait
Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-September 2021 secara keseluruhan mencatat surplus 25,07 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 13,35 miliar dolar AS

Triwulan II-2023, Neraca Pembayaran dan Transaksi Berjalan Indonesia Defisit

JAKARTA-Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan transaksi berjalan kompak mengalami defisit