Pertamina Mengapa Dijual?, Coba Belajar ke Papua

Thursday 9 Jul 2020, 12 : 29 am
by
Ekonom AEPI, Salamuddin Daeng

Oleh: Salamuddin Daeng

Kalau dulu ada pepatah, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Sekarang coba kita tuntut ilmu ke Papua saja.

Disana ada Freeport Grasberg tempat kita belajar terkait IPO anak perusahaan Pertamina yang dalam waktu dekat berencana akan dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah keuangan BUMN terbesar di tanah air ini.

Selama ini perdebatan tentang IPO hanya menyangkut IPO boleh atau tidak, IPO sah atau tidak. Bahkan ada analis yang mengatakan kalau tidak IPO maka tidak bisa dapat uang.

Apa benar demikian? Apa benar urusan Pertamina itu kurang uang ?

Sementara sisi lain atau kemungkinan lain tidak pernah dibahas atau didiskusikan.

Lagi pulang utang pemerintah di Pertamina Rp 140 Triliun belum dibayar.

Jika kita mau melebarkan sedikit diskusi kita bisa belajar dari Papua tentang jual beli saham Freeport Indonesia (PT FI) kepada pemerintah Indonesia.

Ini pelajaran yang penting mengapa bagi korporasi besar pilihannya bukan hanya sekedar IPO atau tidak IPO.

Apalagi hanya menyangkut urusan tambah permodalan, tambah uang buat ekplorasi, buat ekploitasi, buat ekspansi investasi, pilihannya sangatlah banyak.

Perusahaan-perusahan besar akan memilih skema yang paling kecil resikonya bagi masa depan perusahaan dalam persaingan bisnis yang sangat keras.

Bagi perusahaan sekelas Freeport Indonesia, melakukan IPO di Indoneisa adalah pilihan yang tidak mungkin mau dilakukan. Kalau IPO maka pembelinya adalah rakyat Indonesia.

Rakyat Indonesia ingin tau berapa Freeport produksi emas, dan ingin dapat bagian emasnya Freeport yang belum pernah kita kalungi leher, atau belum pernah emak emak Indonesia memakai gelang emas keluaran Freeport.

Sehingga Mr. Tito Sulistio Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai, pemerintah perlu memberikan kesempatan kepada publik untuk memiliki saham PT Freeport Indonesia (PT FI) melalui aksi korporasi penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO).

Menurut pandangannya dengan demikian harga saham Freeport bisa dinilai, dan rakyat Indonesia bisa mengontrolnya.

Namun Freeport tidak akan pernah mendengar usulan itu, dan karena pemerintah juga tidak mewajibkan perusahaan asing melalukan IPO dan melantai di BEI.

Dugaan saya bagi Freeport, IPO itu adalah hal yang beresiko, akan ada banyak pihak yang akan ikut campur dalam bisnis mereka baik kawan maupun lawan.

Bagaimana kalau yang datang itu yang membeli saham mereka adalah lawan, misalnya investor china, maka Freeport bisa ditekuk, dan sahamnya bisa digilas semua di Grasberg Papua.

Padahal Freeport Internasional tengah kekurangan uang, harga sahamnya rontok, jatuh ke level paling rendah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hotel Plago di Labuan Bajo Dirampas Pemprov NTT, PT SIM Melawan

LABUAN BAJO-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT) menyegel Hotel

Kementerian PUPR Hibahkan Aset Senilai Rp141,7 Miliar

JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menghibahkan aset