Phapros Bidik Laba Bersih dan Pendapatan di 2020 Tumbuh 10%

Wednesday 29 Jul 2020, 12 : 05 am
by
PT Phapros Tbk

JAKARTA-PT Phapros Tbk (PEHA), anak usaha PT Kimia Farma (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun ini di atas 10 persen, meski ada tantangan berat terkait kondisi pandemi Covid-19.

Pada 2019, Phapros mencetak laba tahun berjalan sebesar Rp102 miliar dan pendapatan bersih sebesar Rp1,1 triliun.

Direktur Keuangan PEHA, Heru Marsono menjelaskan target jangka pendek yang dikejar Pharpos adalah mencetak laba dan pendapatan yang positif.

Adapun langkah yang dilakukan di antaranya efisiensi dan melakukan strategi pemilihan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar di tengah kondisi pandemi Covid-19.

“Kami menargetkan rata-rata di atas 10 persen untuk target laba bersih dan revenue di 2020. Target jangka pendek kami adalah pencapaian target laba bersih dan revenue. Kami sudah melakukan berbagai strategi termasuk efisiensi,” kata Heru saat pelaksanaan Public Expose Phapros 2020 di Jakarta, Selasa (28/7).

Terkait belanja modal (capex) tahun ini, kata Heru, perseroan mengalokasikan dana di bawah Rp50 miliar.

Penggunaannya, untuk meningkatkan kapasitas produksi di beberapa lini dan peningkatan teknologi dengan harapan bisa lebih efisien.

“Masalah capex di 2020 ada di bawah Rp50 miliar. Tidak besar. Karena pada 2017 sampai 2019, kami sudah mengeluarkan cukup besar untuk pengembangan bisnis,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PEHA, Hadi Kardoko mengatakan,  pandemi Covid-19 cukup mengganggu industri farmasi, termasuk Phapros.

Dia menyebutkan, kondisi ini tentu dilematis mengingat pada awalnya diperkirakan industri farmasi tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi Covid-19.

“Industri farmasi termasuk industri yang cukup terdampak. Kenapa? Karena beberapa produk farmasi itu digunakan untuk rumah sakit. Sedangkan, kami melihat beberapa rumah sakit sekarang ini banyak kekosongan dari tingkat keterisian pasien. Banyak pasien tidak berani ke rumah sakit, maka konsumsi obat menjadi kecil,” tutur Hadi.

Apalagi, lanjut dia, beberapa daerah masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat kondisi pandemi Covid-19.

Maka, situasi itu membuat produk Phapros yakni Antimo mengalami penurunan penjualan.

“Dengan beberapa daerah menerapkan PSBB, tentu beberapa produk kami yang menjadi backbone ikut terdampak cukup berat,” ucapnya.

Direktur Pemasaran PEHA, Chairani Harahap tidak menampik bahwa kondisi pandemi Covid-19 telah memukul kinerja bisnis, terutama dari sisi penjualan produk yang biasanya berkontribusi besar.

“Produk yang menjadi kontributor utama berkurang, tetapi yang tadinya tidak terlalu berkontribusi dengan baik malah naik,” imbuhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Fast Food Indonesia Akuisisi Saham Jagonya Ayam Indonesia Rp41,6 Miliar

JAKARTA-Manajemen PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) mengumumkan, telah melakukan

Pemerintah Luncurkan Cetak Biru Literasi Keuangan Nasional

JAKARTA-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara resmi meluncurkan Cetak Biru