Pilpres 2014: Empat Pilar Menuju Tata Baru Indonesia

Monday 2 Jun 2014, 4 : 43 pm
by
Ketua Panitia Penyelenggara AM Putut Prabantoro

JAKARTA – Konsultan Komunikasi Politik, AM Putut Prabantoro mencatat ada 4 pilar budaya baru yang harus dibangun dalam pelaksanaan pilpres 2014 ini,  jika penyelenggaraan pestas demokrasi 5 tahunan rakyat Indonesia ini  merupakan Tahun Perubahan menuju Tata Baru Indonesia.

Keempat pilar itu memang harus dibangun mengingat bangunan budaya politik santun dan cerdas sudah hancur karena politik uang bahkan dipersangat pada pileg April lalu.

“Budaya politik uang, yang muncul pascaReformasi ini,  telah merampas kedaulatan dan kehormatan rakyat, menempatkan kepentingan partai (koalisinya) di atas segalanya,  melupakan serta membelokan sejarah bangsa dari tujuan pendiriannya,” ujar Putut di Jakarta, Senin (2/6).

Dia menjelaskan, pilar yang harus dibangun adalah nglurug tanpa bandha (menyerang tanpa materi / menolak politik uang), sugih tanpa ngasorake (kaya tanpa merendahkan / mengembalikan kehormatan kepada rakyat), digdaya tanpa bala (kuat tanpa pasukan / mengembalikan kedaulatan rakyat dan bukan koalisi) serta menang tanpa aji ( menang tanpa kemuliaan / yang menang dan mulia adalah rakyat seluruhnya karena legitimasi rakyat, bukan individu).

“Keempat pilar yang dibangun ini menyesuaikan dengan kondisi dan situasi politik sekarang ini,” tuturnya.

Menurutnya, filosofi itu sebenarnya dapat dikategorikan sebagai Sun Tzu, yang sudah dikenal luas.

Namun kenyataannya, filosofi itu sudah dilanggar oleh banyak pemimpin bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hal itu terbukti dengan banyaknya pemimpin dan tokoh bangsa dari kalangan eksekutif, judikatif dan legislatif yang menjadi pasien KPK.

“Dan hal ini membuktikan bahwa bangsa ini sudah hancur,” tuturnya.

Oleh karenanya, jika ingin membangun Tata  Baru Indonesia diperlukan pilar-pilar baru yang memastikan tidak ada politik uang lagi dalam pemilu kali ini.

Meski sulit untuk dilaksanakan, mengingat harga diri bangsa sudah dibeli, kedua capres harus melakukannya  jika ingin  menciptakan bangsa Indonesia dengan spirit yang baru.

“Ini merupakan perang bangsa Indonesia atas dirinya sendiri dan bukan perang melawan pengaruh asing,” ujar Putut, yang juga Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) – dari wartawan, oleh wartawan dan untuk Indonesia.

Faktor yang membuat sulit mendirikan pilar baru tata baru, demikian dijelaskan lebih lanjut, adalah kehacuran demokrasi hingga akar rumput.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

IGJ

IGJ: Tolak Proposal AS Untuk Reformasi WTO

JAKARTA – Indonesia for Global Justice (IGJ) mendesak Pemerintah Indonesia untuk

Relawan Sadunia Dideklarasikan

BANDUNG-Dua Ratus lebih simpatisan Golkar Kabupaten Bandung dari unsur masyarakat