PKB Minta Infrastuktur Pangan Perlu Dibenahi

Friday 26 Jun 2015, 10 : 09 am
by

JAKARTA-Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyoroti kenaikan harga pangan yang melonjak tinggi pada saat bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri ini. Masalah yang kerap terjadi setiap tahun ini, di mata petinggi PKB itu sebagai akibat dari masih kurangnya infrastruktur pangan di dalam negeri.

Menurut Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, infrastruktur yang jelek menyebabkan rantai distribusi pangan terhambat sehingga berakibat pada kenaikan harga-harga pangan. “Jadi masalah pangan ini sangat erat kaitannya dengan infrastruktur. Kalau infrastrukturnya baik, maka harga-harga pangan juga akan berjalan baik. Karena (kondisi infrastruktur) itu berpengaruh kepada kenaikan harga-harga,” tandas Muhaimin saat membuka acara diskusi soal pangan dan buka puasa bersama di DPP PKB, Jakarta, Kamis (25/6).

Tak cuma itu, politisi yang akrab disapa Cak Imin ini, juga menyoroti isu mafia yang juga  dianggap sebagai pemicu meroketnya harga-harga pangan. Para mafia ini, kata Cak Imin, yang terus mempermainkan fluktuasi harga di pasar. Untuk itu saat ini, yang penting bagi pemerintah harus cepat mencari solusinya dengan membenahi infrastruktur pangan. “Jangan hanya teriak-teriak ngomong berantas mafia, tapi malah diem-diem kerjasama dengan mafia. Ayo lebih baik kita cari jalan keluarnya dan solusinya bersama-sama demi pemeritahan yang lebih baik,” ajak dia.

Di tempat yang sama, Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI asal Fraksi PKB, Ibnu Multazam menegaskan, kondisi Badan Urusan Logistik (Bulog) saat ini dirasa masih kurang kuat untuk menyerap semua jenis pangan. Hal ini terjadi infrastruktur yang dimiliki oleh Bulog dirasa masih kurang dari cukup.

Sebagai contoh terhadap pangan beras. Saat ini, Bulog justru lebih banyak menyerap beras sebesar 70 persen, dan 30 persennya gabah (padi). Mestinya yang baik itu persentasi pola serapannya itu diubah dengan 30 persen beras dan 70 persen padi. Kata dia, kondisi Bulog saat ini masih kurang kuat karena gudang Bulog tidak dilengkapi dengan pengering. Sehingga mereka tidak menyerap banyak padi. “Hal ini sangat penting bagi Bulog dalam menjaga ketahanan pangan. Soalnya, padi itu dapat disimpan lebih lama mencapai 1-2 tahun, sedang beras hanya enam bulan. Kalau begitu, cadangan pangan nasional akan aman, hanya butuh kemauan,” tandas Ibnu.

Selain komoditas beras, ia juga menyarankan agar BUMN pangan ini memiliki infrastruktur gudang yang lebih beragam dan modern untuk menyerap beragam jenis pangan. Selama ini, pasca panen banyak komoditas pangan langsung diserap dan dikuasai pedagang sehingga memudahkan adanya praktik spekulan dan permainan harga pangan.

Seperti di sentra cabai dan bawang, perlu dibantu adanya pendingin supaya hasil panen bisa disimpan lebih lama. Dengan begitu, Bulog nantinya berperan tak hanya sebagai penguasa stok berasm, tapi juga dapat menyerap terhadap stok gula, daging, garam dan produk hortikultura seperti bawang dan cabai tadi. Karena baginya, kalau negara bisa menguasai produk pertanian lebih lama, dan pasca panen tidak langsung ke tangan pedagang, maka stok pangan akan mudah diukur dan operasi pasar pun lebih gampang untuk dilakukan. “Jadi, rekomendasi saya, bagaimana negara ini bisa menguasai produk pertanian dengan baik agar kita dapat swasembada pangan,” pungkas dia. (TMY)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Jokowi: Budaya Batak Sejalan Dengan Nilai Islam ‘Rahmatan Lil Alamin”

MEDAN-Presiden Joko Widodo meyakini nilai-nilai luhur budaya Batak sejalan dengan

Presiden Resmikan Pabrik Petrokimia dan Jalan Tol di Banten

JAKARTA-Presiden Joko Widodo bertolak menuju Provinsi Banten guna melakukan kunjungan