Politik Saat Ini Bobrok, Jauh Dari Keadaban Publik

Thursday 4 Feb 2016, 7 : 15 pm
by
Direktur Eksekutif Respublica Political Institute, Benny Sabdo

JAKARTA-Respublica Political Institute (RPI) mengkritik kondisi politik saat ini justru menjauh dari keadaban public. Politik yang sejatinya wilayah penuh makna justru tercoreng tingkah pola segelintir politisi yang sangat rakus dan tamak. Bahkan, realitas politik saat ini cenderung mengalami pembusukan,” “Setiap hari rakyat disuguhi debat kusir, kasus korupsi, penyuapan, bahkan aksi premanisme yang dilakukan oleh elit politik,” kritik Direktur Eksekutif RPI, Benny Sabdo di Jakarta, Rabu (4/2).

Padahal, demikian Benny, negara ini didirikan oleh orang-orang yang cemerlang. “Soekarno, Hatta, Yamin, Agus Salim, Kahar Moezakkir, dan Sanoesi merupakan sosok suri teladan,” jelasnya.

Pengamat hukum tata negara ini menandaskan pledoi (pembelaan) Bung Karno bertajuk “Indonesia Menggugat” di Pengadilan Bandung, saat itu ia berusia 27 tahun, dan pidatonya di sidang BPUPK dan PPKI menunjukkan kematangan pikirannya sebagai seorang politikus. “Demikian pula Bung Hatta, tulisan beliau di Daulat Ra’jat menujukkan konsep yang jelas mengenai asas kedaulatan rakyat dan asas ekonomi yang harus dianut di negara Indonesia yang akan dibentuk,” terang Benny.

Sementara Ketua Departemen Politik RPI, YD. Anugrahbayu melihat kondisi politik saat ini yang penuh intrik dan ketamakan. Padahal, politik seharusnya memancarkan segala keutamaan, seperti pengorbanan diri, kejujuran, dan keadilan. “Ringkasnya, segalanya yang membuat kita bukan hanya sebagai manusia, melainkan juga manusiawi. Itulah sebabnya memandang politik sekadar sebagai perebutan kekuasaan, apalagi sarana memperkaya diri, adalah sebuah pelecehan intelektual,” tegas mahasiswa Program Pascasarjana STF Driyarkara, Jakarta ini.

Bayu mendesak setiap politikus hendaknya memperhatikan keluhuran politik tersebut. “Tanpanya, politik di republik ini hanya akan menjadi perkelahian kepentingan yang membuat mereka tak lebih luhur daripada binatang,” gugatnya.

Karena itu, ia mendesak sistem pendidikan, baik di tingkat dasar maupun tinggi harus menekankan pendidikan keutamaan.   “Di tengah kebrobokan politik, orang muda Indonesia bagaikan anak ayam tanpa induk. Selama politik bobrok, selama sepak bola nasional mémblé, jangan harap orang muda Indonesia akan beranjak dari tawuran dan penyalahgunaan narkoba,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia menyarankan agar pemerintah, sekolah, dan perguruan tinggi agar mewajibkan siswa dan mahasiswa membaca karya sastra yang bermutu tinggi. Hal ini bertujuan bukan supaya mereka menjadi ahli sastra, melainkan supaya mereka terbiasa menghasrati apa yang baik, benar, indah, dan jijik terhadap segala yang sebaliknya. “Tanpa itu, kemanusiaan dan budaya politik Indonesia tidak akan berkembang. Seperti telah banyak terjadi, penyelesaian masalah politik menjadi terlalu sangat pragmatis, bahkan tidak jarang busuk,” pungkasnya.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

RKP 2021, Pemerintah Perkuat Sektor Kesehatan

JAKARTA-Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas akan menambahkan penguatan

Pengamat: Rakyat Ditipu Oleh Manajemen “Koalisi”

JAKARTA-Pengelompokkan partai politik menjadi dua kubu paska pelantikan Joko Widodo-Jusuf