JAKARTA-Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mencatat net kewajiban sebesar USD403,0 miliar (47,9% PDB) pada akhir triwulan II-2014, meningkat 1,8% dari posisi net kewajiban sebesar USD395,9 miliar (46,3% PDB) akhir triwulan I-2014.
Peningkatan tersebut didorong oleh surplus transaksi finansial dalam rangka pembiayaan defisit transaksi berjalan di Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
“Surplus transaksi finansial tersebut mengakibatkan investasi asing di Indonesia (Kewajiban Finansial Luar Negeri) tetap lebih besar dibandingkan dengan investasi Indonesia di luar negeri Aset Finansial Luar Negeri (AFLN),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia (BI) Hendy Sulistiowaty di Jakarta, Selasa (30/9).
Menurutnya, posisi AFLN Indonesia meningkat USD7,5 miliar atau 3,8% (qtq) menjadi USD205,7 miliar pada akhir triwulan II-2014.
Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh akuisisi Indonesia atas aset finansial asing, terutama yang termasuk dalam komponen cadangan devisa.
Selain itu jelasnya, bertambahnya posisi AFLN juga mencerminkan peningkatan nilai investasi Indonesia di luar negeri karena kenaikan harga aset sebagaimana tercermin dari penguatan indeks harga saham global, harga emas, dan harga obligasi global, serta pelemahan dolar AS secara umum terhadap mata uang utama dunia.
Sementara itu, ujarnya posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) Indonesia meningkat USD14,7 miliar atau 2,5% (qtq) menjadi USD608,7 miliar pada akhir triwulan II-2014 didorong oleh derasnya aliran masuk modal asing, terutama dalam bentuk investasi langsung dan investasi portofolio.
Hal ini mencerminkan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik di tengah berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Bertambahnya posisi KFLN pada akhir triwulan II-2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan harga aset finansial domestik, sebagaimana tercermin dari penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 2,31% dari penutupan triwulan sebelumnya dan turunnya yield Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun.
“Namun demikian, dampak kenaikan harga tersebut termoderasi oleh melemahnya rupiah sebesar 4,72% (qtq) terhadap dolar AS pada triwulan laporan,” urainya.
BI menilai perkembangan PII Indonesia sampai dengan triwulan II-2014 mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Karena itu, bank sentral berkeyakinan kinerja PII Indonesia akan semakin sehat apabila bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh BI juga didukung oleh langkah reformasi struktural yang akan ditempuh Pemerintah.