Petrus khawatir keberadaan napiter di sejumlah Lapas dan Rutan di NTT di 3 Kota/Kabupaten di NTT secara perlahan-lahan tapi pasti bisa memunculkan benih-benih teroris, rasa permusuhan dan rasa dendam akibat aksi terorisme akhir-akhir ini selalu menyasar di sejumlah Rumah Ibadah/Gereja dan Kantor Polisi.
“Sejumlah tempat di Jawa Tengah, Jawa Timur dll masyarakatnya justru menolak jenasah teroris untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum di daerahnya, sebagai bukti penolakan terhadap aksi-aksi teroris yang diikrarkan sebagai musuh bersama,” terangnya.
Untuk itu dia mendesak Gubernur NTT, Kapalda NTT dan Kanwil Pemasyarakatan Kemenkum-HAM segera mengambil langkah menarik kembali titipan napiter di Lapas-Lapas atau Rutan di NTT.
Pasalnya, masuknya sejumlah oknum teroris di NTT diduga kuat berhubungan dengan keberadaan napiter di NTT saat ini sebagai titipian dan berpotensi mengganggu kerukunan hidup beragama di NTT dan warga NTT dimanapun berada.
“Oleh karena itu kebijakan titipan ini harus distop dan segera pulangkan ke Lapas Jakarta dan/atau Lapas Nusakambangan,” pungkasnya.