Putut: Tiga Sudut Pandang Dalam Habitus Baru Menuju The New Normal

Tuesday 2 Jun 2020, 12 : 25 pm
by
AM Putut Prabantoro menerima “Berkat Damai Untuk Bangsa Indonesia” yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus di Lapangan St. Petrus, Vatikan (16 Oktober 2019).

JAKARTA-Alumnus Lemhannas PPSA XXI, AM Putut Prabantoro menegaskan, New Normal, yang oleh Presiden Joko Widodo disebut sebagai tatanan kehidupan baru di tengah pandemi Covid-19, hendaknya dilihat sebagai habitus baru yang memengaruhi dan sekaligus memunculkan cara hidup, cara berpikir, berkomunikasi, bertindak dan sekaligus berperilaku baru (baca-berbeda) bagi masyarakat Indonesia.

Habitus baru ini akan mendorong terjadinya efek domino pada kegiatan masyarakat lainnya.

Dalam keterangannya di Jakarta pada Senin (01/06/2020) dijelaskan, ada 3 (tiga) sudut pandang yang dapat digunakan untuk dapat melihat New Normal yakni; “Apa Yang Sesungguhnya Berubah”, “Apa Yang Seharusnya Berubah” dan “Apa Yang Sebaiknya Berubah”.

Mengingat Covid-19 ini mengancam kehidupan manusia, ketiga sudut pandang itu melihat New Normal sebagai habitus baru dalam interaksi antar manusia (New Normal Sesungguhnya), manusia dan kehidupannya termasuk ekonomi (New Normal yang seharusnya) serta manusia dan lingkungannya (New Normal Yang Sebaiknya) dan ketiganya saling terkait.

“New Normal Yang Sesungguhnya ditandai dengan habitus yang sama sekali baru dalam interaksi antar manusia seperti physical distancing (jaga jarak) atau social distancing (pembatasan sosial). Bentuk kegiatan yang terkait dengan kerumunan seperti sekolah, pelaksanaan ibadah, festival-festival, mall, hotel, ataupun transportasi akan berubah. Perubahan dari padat karya ke padat teknologi dalam dunia usaha dimungkinkan terjadi percepatan. Emirates Airlines, sebagai contoh, sudah mengeluarkan protokol New Normal dalam penerbangannya. Protokol ini akan terus digunakan hingga pandemi berakhir,” Putut Prabantoro, yang juga Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa)

Sedangkan “New Normal Yang Seharusnya”, demikian dijelaskan Putut Prabantoro lebih lanjut, dipengaruhi oleh Desentralisasi Global (DG) yang merupakan kondisi dimana setiap negara termasuk Indonesia dipaksa untuk hidup mandiri dan harus fokus pada persoalan domestiknya.

Setiap negara harus mandiri tanpa dapat berharap bantuan dari negara lain yang ternyata juga memiliki masalah serupa.

Dalam konteks ini, New Normal akan merupakan habitus baru yang akan mendorong pemerintah dan masyarakat Indonesia segera mewujudkan ketahanan pangan, air dan energi termasuk energi baru terbarukan mengingat ketiganya merupakan modal utama dalam menjalankan kehidupan ekonomi lainnya.

Sebagai konsekuensinya, pemerintah Indonesia harus mereview kembali kebijakan ekonominya dan kembali ke amanat Pasal 33 UUD 1945 yakni Usaha Bersama yang berdasar pada asas kekeluargaan sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pemimpin bangsa dahulu.

Desentralisasi global di Indonesia mendorong munculnya kesadaran gotong royong dalam pembangunan bidang ekonomi.

Tidak menutup kemungkinan, ditegaskannya, desentralisasi global ini akan mendorong terbentuknya Indonesia Raya Incorporated (IRI), yakni pembangunan ekonomi nasional terintegrasi demi pemerataan kemakmuran untuk mewujudkan ketahanan nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

OJK Terbitkan Peraturan Perusahaan Pembiayaan dan Perusahaan Efek

JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan dua peraturan baru, yaitu POJK

Presiden Minta Masyarakat Menunggu Putusan MKD

JAKARTA-Presiden Joko Widodo mengaku sudah mendengar langsung rekaman percakapan ‘papa