Putut: Tiga Sudut Pandang Dalam Habitus Baru Menuju The New Normal

Tuesday 2 Jun 2020, 12 : 25 pm
by
AM Putut Prabantoro menerima “Berkat Damai Untuk Bangsa Indonesia” yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus di Lapangan St. Petrus, Vatikan (16 Oktober 2019).

Putut Prabantoro, penggagas konsep Indonesia Raya Incorporated (IRI) ini mengingatkan, meskipun 505 dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia menggunakan unsur pangan dalam lambang daerahnya ternyata ketahanan pangan di Indonesia tidak mudah untuk diwujudkan.

Artinya harus terjadi habitus baru dalam pemerintah daerah dan bersama pemerintah pusat untuk dapat mewujudkannya.

Yang perlu diingat adalah, pembangunan ekonomi Indonesia harus bersumber dari kekuatan ekonomi masing-masing daerah yang bertumpu pada letak geografis dan sumber kekayaan alam yang dimilikinya untuk kemakmuran sebesar-besarnya seluruh rakyat Indonesia

“Ada atau tidak pandemi, pembangunan ekonomi seharusnya untuk melaksanakan amanat UUD 1945. Dalam konteks ini, desentralisasi global harus dijadikan momentum bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri dan kuat. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan habitus baru dalam pembangunan ekonomi dan sendi kehidupan lainnya,” tegas Putut Prabantoro.

Dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta, Putut Prabantoro menambahkan, Indonesia harus optimistis dalam mewujudkan ketahanan pangan, air dan energinya termasuk energi baru terbarukan serta ketahanan ekonomi lainnya.

Sedangkan “New Normal Yang Sebaiknya” terbentuk karena pemerintah dan masyarakat Indonesia dihadapkan pada persoalan pilihan antara “New Normal Yang Sesungguhnya” atau “New Normal Yang Seharusnya”.

Pilihan ini merupakan hasil kompromi berdasarkan kondisi ideal dan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terkait hubungan antara manusia dan lingkungannya. Habitus Baru dalam New Normal ini ditandai dengan tercapainya kompromi harmoni antara “New Normal Yang Seharusnya” dan “New Normal Yang Sesungguhnya”.

“Belajar dari pandemi Covid-19, lingkungan bersih dan sehat sangat penting. Oleh karena itu,sikap abai masyarakat Indonesia terhadap lingkungan hidupnya akan diganti dengan habitus baru yang akan berujung pada terwujudnya Indonesia sebagai rumah bersama atau sebagai periuk nasi bersama, yang harus dipelihara. Apa yang dilakukan Ibu Risma terhadap Kota Surabaya, misalnya, merupakan contoh yang baik dari habitus baru,” ujar Putut Prabantoro, yang juga Ketua Presidium Bidang Komunikasi Politik ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia).

Memang dibutuhkan waktu untuk berubah, Putut mengingatkan, hingga memiliki habitus baru. Pada akhirnya masyarakat Indonesia menyadari membutuhkan lingkungan hidup yang sehat dan bersih. Sisi positip dari dampak Covid-19, masyarakat terpaksa menjaga kelestarian lingkungan hidupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

INTP Siap Pasok Batu Andesit ke Proyek Rel Kereta Cepat Jakarta-Cikampek

JAKARTA-PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana untuk memasok hasil

Hormati Putusan MPG, Tomia: Kader Mbalelo Akan Direview Partai Golkar

“Semua elemen Partai Golkar, semua kader Partai Golkar di daerah